REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Korban meninggal dunia dari dahsyatnya Topan Hagibis Jepang mencapai 74 orang. Lembaga penyiaran Jepang NHK melaporkan pihak berwenang Jepang hingga kini masih berupaya menangani kerusakan akibat banjir dan tanah longsor yang dipicu topan.
Kru tanggap darurat Jepang juga masih berupaya menemukan warga yang masih hilang. Topan yang membawa angin kencang dan hujan lebat itu menjebol 73 tanggul di sungai-sungai seluruh Jepang.
Menurut catatan NHK, lebih dari 130 ribu rumah terendam banjir dan lebih dari 1.100 rumah hancur. Para pejabat mengatakan, banyak wilayah yang menerima hingga 40 persen dari curah hujan tahunan hanya dalam waktu dua hari.
Hujan deras juga memicu lebih dari 100 tanah longsor di seluruh wilayah. Tiga orang di prefektur Gunma dipastikan meninggal dunia ketika rumah mereka hancur karena longsor.
"Saya tidak pernah membayangkan bencana seperti ini akan terjadi. Saya khawatir akan ada lebih banyak tanah longsor jika hujan turun," ujar salah seorang warga.
Sekitar 12 ribu rumah masih tidak menerima aliran listrik dan air mengalir. Hingga kini belum jelas sampai berapa lama utilitas memulihkan layanan sepenuhnya.
Gangguan transportasi juga terus berlanjut. Sekitar 120 kereta rusak ketika depo kereta api Hokuriku Shinkansen kebanjiran. JR East mengatakan akan membutuhkan satu atau dua pekan untuk melanjutkan operasi. Layanan antara Tokyo dan Kanazawa kemungkinan akan berjalan pada kapasitas 50 atau 60 persen.
Pemerintah mengatakan berencana menjadikan Topan Hagibis ini sebagai bencana alam yang parah untuk membebaskan lebih banyak subsidi bagi rekonstruksi. Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan, langkah-langkah akan diambil untuk menyediakan makanan, air, tempat tidur darurat, dan pasokan bantuan lainnya. Abe juga menyarankan memperbaiki kondisi di tempat-tempat penampungan evakuasi dan membantu merumahkan para pengungsi.