REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian mendorong program Obor Pangan Lestari (Opal) untuk mencegah stunting. Program ini merupakan salah satu upaya mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 2 yaitu Tanpa Kelaparan (Zero Hunger).
Di Indonesia masih banyak anak-anak yang mengalami malnutrisi, dengan sebanyak 30,8 persen anak tergolong stunting (kekerdilan), 10,2 persen anak-anak di bawah lima tahun kurus dan 8 persen mengalami obesitas.
"Kementan memberikan perhatian khusus soal ini dengan sebuah program untuk mendorong pemenuhan kebutuhan pangan nasional pada skala terkecil rumah tangga dengan nama Obor Pangan Lestari (Opal)," kata Kuntoro Boga Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian, dalam pernyataan resminya pada Hari Pangan Sedunia, Rabu (16/10).
Selain untuk mengatasi masalah stunting yang terjadi di Indonesia, Opal juga dirancang untuk meningkatkan kualitas konsumsi masyarakat, meningkatkan pendapatan rumah tangga, meningkatkan akses pangan keluarga, konservasi sumberdaya genetik lokal dan mengurangi jejak karbon serta emisi gas pencemar udara.
Pola Pangan sehat adalah pola pangan yang memenuhi kebutuhan gizi individu dengan menyediakan makanan yang cukup, aman, bergizi, dan beragam untuk menjalani kehidupan yang aktif dan mengurangi risiko penyakit. Ini termasuk, antara lain, buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan makanan yang rendah lemak (terutama lemak jenuh), gula dan garam. Makanan bergizi yang merupakan pola pangan sehat hampir tidak tersedia atau terjangkau bagi banyak orang.
Hampir satu dari tiga orang mengalami kekurangan atau kelebihan gizi. Berita baiknya adalah ada solusi yang terjangkau untuk mengurangi semua bentuk kekurangan dan kelebihan gizi tersebut, tetapi hal ini membutuhkan komitmen dan tindakan global yang lebih besar.
"Program Opal memiliki kerangka jangka panjang untuk meningkatkan penyediaan sumber pangan keluarga yang Beragam, Seimbang dan Aman (B2SA)," kata Boga.
Opal dirancang sebagai salah satu langkah kongkrit pemerintah dalam mengintensifkan peta ketahanan dan kerentanan pangan atau food security and vulnerability atlas (SFVA).
Menurut Kepala Perwakilan FAO Indonesia, Stephen Rudgard, kemitraan adalah hal mendasar untuk mencapai tujuan dalam SDGs, untuk itu ia mengajak semua pihak menjalankan peran mereka dengan baik.
"Hari Pangan Sedunia 2019 menyerukan aksi untuk membuat pola pangan sehat dan berkelanjutan dapat diakses dan terjangkau bagi semua orang. Untuk ini, kemitraan adalah hal mendasar, jadi petani, pemerintah, peneliti, sektor swasta dan konsumen, semua memiliki peran untuk dimainkan," kata Rudgard.
FAO dengan badan-badan PBB lainnya dan kementerian terkait akan merayakan Hari Pangan Sedunia dalam serangkaian acara termasuk perayaan nasional di Kendari, Sulawesi Tenggara yang dipimpin oleh Kementerian Pertanian dan Pemerintah Sulawesi Tenggara pada 2-5 November dan Festival Kaki Lima Jakarta “Pangan Sehat, siap santap”pada 10 November.
Tema Nasional di Indonesia sendiri mengusung, Teknologi Industri Pertanian dan Pangan Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045.