REPUBLIKA.CO.ID, KATSINA – Kepolisian Nigeria dilaporkan telah menyelamatkan sebanyak 67 anak laki-laki dari sebuah sekolah Islam di negara bagian utara Katsina. Kantor berita CNN melaporkan, seperti dilansir di Face2Face Africa, Rabu (16/10), puluhan anak laki-laki itu mengaku dipukuli, dirantai, dan dilecehkan secara seksual.
Menurut juru bicara kepolisian setempat, korban yang diselamatkan itu telah mengalami perlakukan tidak manusiawi dan merendahkan martabat di sekolah tersebut. Tempat sekolah tersebut kabarnya juga bertujuan menjadi pusat rehabilitasi.
Sekolah itu dijalankan seorang ulama berusia 78 tahun, Bello Mai Almajirai, di Daura yang juga merupakan kota kelahiran Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari.
Menurut laporan kepolisian setempat, ada lebih dari 300 anak laki-laki yang ditahan di gedung sekolah d Daura tersebut pada 14 Oktober 2019 lalu.
Juru bicara kepolisian, Gambo Isa, mengatakan pihak berwenang menemukan sekolah tersebut ketika sejumlah anak laki-laki melarikan diri pada Ahad malam lalu dari penyiksaan yang mereka alami. Para korban dilaporkan telah dipukuli, dibiarkan kelaparan dan mengalami pelecehan seksual.
Dalam hal ini, Presiden Buhari diminta untuk bertindak tegas terhadap kasus anak-anak muda yang dididik di sekolah-sekolah Islam konservatif, yang dikenal dalam bahasa populer Hausa sebagai 'makaranta'. Di Nigeria, orang tua Muslim cenderung mendaftarkan anak mereka di sekolah-sekolah Islam seperti itu. Mereka bertujuan agar anak-anak mereka terdidik dalam pendidikan Islam.
Meskipun sebagian besar orang tua ini dapat mendidik anak-anak mereka di sekolah-sekolah bergaya Barat konvensional dan lembaga-lembaga pendidikan Islam, namun mereka umumnya memasukkan anak-anak mereka ke sekolah konservatif semacam itu.
Kejadian ini adalah kedua kalinya dalam sekitar dua pekan, di mana anak-anak diselamatkan dari institusi semacam itu. Pada akhir September lalu, sebuah tempat yang diduga fasilitas rehabilitasi dan pembelajaran di Kaduna, Nigeria, menampung lebih dari 300 siswa laki-laki dalam keadaan seperti yang ditemukan di Katsina.
Juru bicara kepolisian negara bagian Kaduna, Yakubu Sabo, mengatakan kepada AFP bahwa para siswa itu ditahan dalam kondisi yang paling merendahkan dan tidak manusiawi dengan alasan mengajari mereka mengaji dan mereformasi mereka.
Namun, tempat tersebut dikatakan beroperasi tanpa izin dan tidak ada pelatihan formal dalam modifikasi perilaku dari sang pemilik, Ismaila Abubakar. Pria berusia 39 tahun itu telah menjalankan sekolah tersebut selama hampir 10 tahun.
Kepada polisi, Ismaila mengatakan bahwa sekolahnya adalah fasilitas Islam. Meskipun, polisi belum memastikan apakah itu digunakan sebagai fasilitas keagamaan. Pemilik dan enam guru lainnya ditangkap polisi selama penggerebekan. Sementara anak laki-laki yang diselamatkan di Kaduna itu berusia antara 10 dan 18 tahun. (Kiki Sakinah)