REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kondisi dan suasana Pasar Sehat Sarijadi, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat (Jabar) tidak seperti pasar-pasar pada umumnya yang banyak didatangi pembeli. Di pasar ini, pembeli bisa dihitung jari.
Selebihnya, bangunan tiga lantai ini cenderung sepi. Bahkan, lapak-lapak yang sedianya diperuntukan untuk pedagang banyak yang kosong. Berdasarkan pantauan hingga pukul 10.00 WIB di lantai dasar terdapat 18 pedagang keringan, daging ayam potong dan sayuran. Selebihnya, lapak-lapak yang lainnya tidak ditempati pedagang. Dibagian ujung pasar terdapat loket samsat, sehingga relatif ramai di area tersebut.
Pada lantai kedua dan ketiga, kondisi lebih memprihatinkan. Sebab tidak terdapat sama sekali pedagang yang berjualan. Hanya lapak-lapak yang sedianya digunakan kini terbengkalai dan tidak terpakai.
Salah seorang pedagang daging ayam potong, Gaga (52 tahun) mengaku kesal dengan kondisi pasar Sarijadi yang sepi. Sebab sejak berdagang hampir 30 tahun, baru kali ini katanya kondisi pasar sepi dan tidak banyak pengunjung.
"Saya jualan disini sudah 30 tahun, pindah kesini tahun 2017. Saat pembangunan menyewa tempat kosong untuk jualan di jalan terusan Sari Asih. Ini bangunan mahal, pedagang cuma 18 orang, pedagang lama semua," ujarnya ditemui di Pasar Sarijadi, Kamis (17/10).
Bahkan, menurutnya pada Sabtu dan Minggu lebih sepi. Ia pun sempat mengeluhkan kondisi pasar ke pengurus pasar. Namun, dirinya mengungkapkan tidak terdapat tindaklanjut dari keluhan yang disampaikan para pedagang.
"Semenjak dibangun, saya jualan tiga hari habis 70 ekor. Sekarang mah cuma 20 ekor," katanya. Bahkan, menurutnya, pedagang yang memilih tidak berjualan karena mengetahui kondisi pembeli yang sepi.
Kondisi pasar sehat Sarijadi yang sepi membuat pedagang memilih tidak berjualan. Hanya 18 pedagang yang bertahan dari puluhan lapak yang disediakan, Kamis (17/10).
Menurutnya, salah satu penyebab sepinya pasar karena adanya pasar lain yaitu Pasar Cibogo dilingkungan Sarijadi. Dirinya berharap agar pemerintah segera mencari solusi agar pasar bisa kembali ramai pembeli. Termasuk menyatukan Pasar Cibogo dengan Pasar Sarijadi.
Salah seorang pedagang keringan, Siti Asih (49) mengaku beberapa pekan sejak dibangun kondisi pasar relatif ramai sebentar. Namun pasca itu, cenderung semakin sepi. Bahkan dirinya yang seharusnya menempati di lantai dua lebih memilih pindah ke lantai satu.
"Kan (pedagang) keringan seharusnya berjualan dilantai dua, karena nggak ramai jadi ngumpul di sini di lantai satu," ungkapnya. Menurutnya, para pedagang diminta retribusi sebesar Rp 75 ribu per bulan.
Salah seorang pedagang lainnya, Elis (56) mengaku tidak terdapat angkot yang melintasi jalur Pasar Sarijadi membuat sepi pembeli. Sedangkan banyak angkot yang melintasi Pasar Cibogo. Selain itu, promosi pasar cenderung jarang dilakukan.