Jumat 18 Oct 2019 10:30 WIB

Apa itu Istighatsah dan Siapa Pencetus Bacaannya?

Istigatsah merupakan bentuk mengajukan doa kepada Allah SWT.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Berdoa/Ilustrasi
Foto: Republika/Wihdan
Berdoa/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Secara terminologis, istighatsah berarti beberapa bacaan wirid (awrad) tertentu yang dilakukan untuk mohon pertolongan kepada Allah SWT atas beberapa masalah hidup yang dihadapi. Istighatsah ini mulai banyak dikenal oleh masyarakat, khususnya kaum Nahdliyyin pada 1990-an.

Dosen Universitas Darul Ulum Jombang, Ishomuddin Ma’shum, menyebutkan dalam tulisannya bahwa dalam melaksanakan istighasah boleh dilakukan secara bersama-sama dan boleh juga dilakukan secara sendiri-sendiri. Demikian juga waktunya, bebas dilakukan, boleh siang, malam, pagi, atau sore.

Baca Juga

Seseorang yang akan melaksanakan istighasah, kata dia, hedaknya sudah dalam keadaan suci, baik badannya, pakaian dan tempatnya,  dan suci dari hadats kecil dan besar. Juga tidak kalah pentingnya, seseorang yang mengamalkan istighasah menyesuaikan dengan bacaan dan urutan sebagaimana yang telah ditentukan pemiliknya.

Ishomuddin menjelaskan, bacaan istighasah yang banyak diamalkan warga Nahdliyyin ini sekarang meluas ke seluruh penjuru negeri sebenarnya disusun oleh KH Muhammad Romly Tamim, seorang Mursyid Thariqah Qadiriyah wan Naqsyabandiyah, dari Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang.

Hal ini dibuktikan dengan kitab karangan beliau yang ditulis pada 1951, yaitu kitab al-Istighatsah bi Hadrati Rabb al-Bariyyah. Kemudian pada 1961, kitab tersebut diterjemah ke dalam bahasa Jawa oleh putranya sendiri KH Musta'in Romli.

Ishomuddin membeberkan, sebelum membuat wirid istighatsah ini Kiai Romli sempat melaksanakan riyadhah (olah spiritual) dengan puasa selama tiga tahun. Dalam masa-masa riyadhahnya itulah Kiai Romli memperoleh ijazah wirid-wirid istighatsah dari para wali Allah.

Wirid pertama yang beliau terima adalah wirid berupa istighfar, dan karena itulah istighfar beliau letakkan di urutan pertama dalam istighatsah. Demikian juga urutan berikutnya adalah sesuai dengan urutan beliau menerima ijazah dari para wali Allah lainnya.

Oleh karena itu, Ishomuddin mengingatkan sebaiknya dalam mengamalkan istighatsah seseorang menyesuaikan urutan wirid-wirid istighatsah sesuai dengan aslinya. Setelah siap semuanya, barulah seseorang menghadap kiblat untuk memulai istighatsah dengan terlebih dahulu menghaturkan hadiah pahala membaca surah al-Fatihah untuk Rasulullah SAW, keluargam dan shahabatnya, tabiin, serta para wali dan ulama khususnya pengarang istighatsah, KH Muhammad Romly Tamim.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement