Jumat 18 Oct 2019 13:16 WIB

Survei: Kebutuhan Turis Muslim Relatif tak Terpenuhi

Turis Muslim ingin keyakinan mereka tak terganggu saat berwisata.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan / Red: Nashih Nashrullah
Wisata Muslim (ILustrasi)
Foto: Google
Wisata Muslim (ILustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –  Para pelancong Muslim, kini telah menjadi salah satu sasaran konsumen dengan pertumbuhan tercepat. 

Namun demikian, berdasarkan penelitian TBWA, sebelum perusahaan agensi wisata di Malaysia, para pelancong Muslim itu telah beradaptasi dengan apa yang mereka memang butuhkan dan tidak akan menunggu merek atau perusahaan tertentu untuk melakukan perjalanan.  

Baca Juga

Diketahui hingga kini, pelancong Muslim telah membentuk sekitar 10 persen dari kategori perjalanan global. 

Akan tetapi, pada dasarnya menurut survei tersebut, wisatawan Muslim relatif kurang terlayani kebutuhannya. 

Direktur Strategi TBWA Kuala Lumpur, Nazirah Ashari, mencatat perjalanan halal melibatkan lebih dari sekadar hotel yang melabeli halal di menu sarapannya.  

“Jika negara, dan perusahaan, serius untuk menarik perhatian pasar yang semakin berpengaruh ini, harus ada upaya sadar untuk memahami apa yang penting bagi kelompok pelancong ini," Ujar dia seperti dilansir Warc, Jumat (18/10). 

Penelitian yang baru dirilis ini, bisa dikatakan membantu dalam mengkonfirmasi bahwa para pelancong Muslim tidak ingin berkompromi dengan kebutuhan berbasis agama mereka saat bepergian. Namun demikian, mereka juga tidak ingin nilai-nilai mereka menghambat pengalaman perjalanan mereka.  

Temuan ini menyoroti semakin banyak Muslim muda bepergian secara mandiri, dengan pelancong Malaysia dan Indonesia ingin mengunjungi sekitar empat negara dalam 18 bulan ke depan. 

Lebih lanjut, sebagian besar pelancong wanita memang berasal dari Malaysia dan Indonesia, dengan perbandingan 46 persen dan 38 persen. 

Sementara di Inggris, 33 persen perempuan yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah melakukan perjalanan khusus perempuan. 

Dalam pelaksanaannya, penelitian yang dilakukan oleh rumah penelitian yang berbasis Singapura, Intitut Research itu, mewawancarai hampir 1.000 Muslim berusia 18 hingga 30 tahun di seluruh Malaysia, Indonesia dan Inggris.  

Sementara itu, laporan perjalanan Muslim Digital Mastercard-CrescentRating tahun lalu menunjukkan bahwa pasar perjalanan ramah-Muslim digital diproyeksikan akan tumbuh secara konsisten. 

Pasalnya, para pelancong Muslim menghabiskan dana sekitar 180 miliar dolar AS pada 2016 lalu hanya untuk pembelian perjalanan daring.  

Meskipun demikian, yang juga mengejutkan adalah jumlah pelancong Muslim muda wanita yang ingin melakukan perjalanan, sekitar 89 persennya mempertimbangkan untuk melakukan perjalanan khusus perempuan dalam 18 bulan ke depan.  

Sebagai gambaran, segmen ini telah mengembangkan komunitas dan ekosistem sosial yang efisien untuk merekomendasikan tujuan dan layanan perjalanan halal. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement