Jumat 18 Oct 2019 14:32 WIB

Sampah Plastik Ganggu Nelayan Teluk Lampung

Pemprov dan Pemkot akan mengkaji pengelolaan Teluk Lampung.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Sampah plastik menumpuk dan menebar di pesisir Teluk Lampung, Kamis (17/10).
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Sampah plastik menumpuk dan menebar di pesisir Teluk Lampung, Kamis (17/10).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG --  Sampah plastik masih menumpuk dan berserakan di bibir pantai Teluk Lampung. Nelayan di Sukaraja, Kecamatan Bandar Lampung tak bisa berbuat banyak. Hari ini sampah plastik dibersihkan, besok sampah  baru datang lagi. Begitu seterusnya.

“Dari dulu beginilah pemandangannya. Sampah-sampah (plastik) disini tidak pernah dan tidak akan hilang,” kata Erwan (37 tahun), nelayan payang saat ditemui Republika.co.id di kampung nelayan Jalan Ikan Selar, Sukaraja, Bandar Lampung, Kamis (17/10).

Baca Juga

Erwan menjelaskan, tidak pernah dan tidak akan hilang, karena warga dan nelayan Sukaraja sudah tidak mampu lagi membersihkan sampah plastik yang terus menumpuk sendirian. Nelayan setempat sudah kehabisan cara untuk menghilangkan sampah plastik dari laut.

Beberapa bulan lalu, menurut Erwan, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandar Lampung bersama masyarakat bergotong royong mengangkut sampah dengan alat berat. Sampah-sampah yang menumpuk dan tersebar digaruk alat berat dan dibuang ke tempat lain.

Kampung nelayan payang Sukaraja sempat bersih seperti disulap. Hari terus berganti pekan, pekan berganti bulan, sampah-sampah plastik baru berdatangan lagi dari laut yang dibawa ombak. Kegiatan pembersihan pun terhenti.

“Karena tidak ada gotong royong lagi bersama pemerintah, sampah-sampah plastik kembali seperti semula,” timpal Usman (40), nelayan payang lainnya.

Menurut Usman, sampah-sampah plastik berasal dari limbah rumah tangga  dan pabrik di kota. Sampah terbuang melalui saluran air dan bermuara ke Teluk Lampung. Kondisi terparah saat musim hujan, sampah dari kota banyak terbuang ke laut.

Ia menuturkan, sampah plastik bukan dari warga atau nelayan yang bermukim di sekitar Teluk Lampung. Sampah-sampah plastik berasal dari pemukiman warga di darat dan juga datang dari tengah laut (buangan kapal penupang) yang terbawa ombak menepi di bibir pantai.

Erwan mengatakan, dampak banyaknya sampah plastik, jaring nelayan payang yang ditebar ke tengah laut setiap hari selau dipenuhi sampah-sampah. “Terkadang sekali tarik jaring ke darat, banyaklah sampah yang dapat daripada ikannya,” tuturnya.

photo
Sampah plastik menumpuk dan menebar di pesisir Teluk Lampung, Kamis (17/10).

Republika.co.id menyaksikan beberapa nelayan payang Sukaraja, setelah beberapa menit menarik jaring dari tengah laut ke tepi pantai, isi jaringnya sampah-sampah plastik. Sedangkan ikan-ikan yang didapat kecil-kecil dan sedikit. Akibatnya, pendapatan nelayan merosot drastis.

Nelayan yang tergabung dalam Komunitas Nelayan Sukaraja (KNS) telah berulang kali meminta pemerintah daerah menepatkan petugas kebersihan di kampungnya. Selain petugas, nelayan berharap pembersihan sampah-sampah plastik dilakukan rutin menggunakan alat berat.

Ketua KNS Bandar Lampung Maryudi mengeluhkan tidak adanya petugas kebersihan yang jaga dan membersihkan sampah plastik setiap saat.  Akhirnya, sampah menjadi menumpuk, dan warga masih hobi membuang sampah ke laut. “Tak ada petugas kebersihan, kami meminta pemerintah menyediakan petugas kebersihan,” katanya.

Menurut dia, partisipasi warga dan nelayan selalu membersihkan sampah-sampah plastik tersebut. Namun, sampah plastik baru berdatangan dari tengah laut dan menumpuk lagi. Masalahnya lagi, masih hobinya warga kota membuang sampah di sungai, sehingga terbawa air mengalir ke laut.

Wakil Gubernur Lampung Chusnunia meninjau kampung nelayan Sukaraja dan berdialog dengan warga setempat, Selasa (18/6). Wagub menyatakan, akan ada kajian kewenangan Pemprov Lampung dan Pemkot Bandar Lampung terkait dengan pengelolaan Teluk Lampung.

“Kita akan mengkaji apa saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita. Jangan sampai keputusan yang diambil nanti membuat nelayan dan masyarakat keberatan,” kata mantan bupati Lampung Timur itu.

Kehadiran Wagub yang dilantik 12 Juni 2019 tersebut, lantaran perairan  Teluk Lampung viral di media sosial karena sampah yang menyelimuti pesisir teluk. Dalam dialognya dengan nelayan, menyebutkan sampah-sampah plastik itu  bukan berasal dari daerah setempat, melainkan dari aliran sungai dan menumpuk terbawa air ke laut.

PT Pelindo II Cabang Panjang bergerak untuk membersihkan sampah di perairan teluk. Pelindo menyumbangkan satu kapal pengangkut sampah yang diberi nama Telok Betong. Kapal ini menyisir dan mengangkut sampah di laut teluk setiap hari.

Kapal Telok Betong beroperasi setelah diluncurkan Rabu (31/7). General Manager PT Pelindo II Cabang Panjang Drajat Sulistyo mengatakan, baru satu kapal yang akan mengangkut sampah di laut. Ia berharap kontribusi dari pemerintah daerah dan swasta lainnya dapat menambah jumlah kapal pengangkut sampah, mengingat luasnya perairan Teluk Lampung. 

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement