Jumat 18 Oct 2019 14:35 WIB

Penjelasan Terbaru Ganjar Soal Guru Kibarkan Bendera HTI

Ganjar menyebut pelajar yang ikut ditanya dalam kasus tersebut mengaku tak tahu.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO  -- Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan, kasus guru dan pelajar di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Sragen yang terlibat dalam pengibaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) masih didalami. Pemprov, kata ia, sudah mengonfirmasi ke pelajar bersangkutan.

"Kemarin sudah kita cek, anak-anaknya merasa tidak tahu dan coba kita dalami, guru-guru juga kita tanyai, dan sekarang lagi dalam pemeriksaan yang lebih mendalam," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat.

Baca Juga

Ganjar mengatakan hal itu kepada wartawan usai memimpin Apel Kebangsaan Pelajar Kabupaten Banyumas di Alun-Alun Purwokerto yang diikuti lebih dari 5.000 pelajar.

Menurut dia, guru dan pelajar tersebut saat ditanya rata-rata memberikan jawaban kalau mereka tidak tahu, meminta maaf, dan mengaku khilaf. "Ya rata-rata kalau ditanya, jawabannya kan kita mesti hati-hati kalau mereka mengatakan 'kami tidak tahu kok', 'kami maaf', 'kami khilaf', biasanya begitu kan," katanya.

Ia mengatakan pihaknya tidak mau kecolongan sehingga saat sekarang kasus tersebut didalami. "Saya titip, ini ada banyak guru di sini, ada banyak guru, kepala sekolah, maka kita titip kepada kepala sekolah, kita jangan main-main pada soal itu (bendera HTI, red). Bahkan, ada beberapa kepala sekolah 'ngrasani, gubernure njelehi' (membicarakan kalau gubernurnya menyebalkan, red.), gubernurnya menjadi musuh yang akan mencabut jabatannya," kata dia sambil menunjuk sejumlah guru dan kepala sekolah yang berdiri di belakangnya.

Ganjar mengatakan, pemikiran tersebut tidak benar. Menurut Ganjar, dia hanya ingin para kepala sekolah bekerja dengan baik, mendidik pelajar dengan baik, mengajarkan nilai-nilai bangsa, negara, dan agama dengan benar, serta mempunyai nilai toleransi yang tinggi.

Menurut dia, ada urutan untuk mengindikasikan apakah seorang guru terpapar radikalisme atau tidak terpapar radikalisme. Urutannya, dari mulai kegiatan yang dilakukan.

"Kegiatannya rutin atau tidak, berapa bukti yang ada, sehingga tidak bisa kita selalu mengatakan 'kamu radikal' hanya satu kali tindakan. Nah, hari ini mulai kita ketahuan karena apa? Karena ternyata media sosialnya menjadi jejak digital yang tidak hilang, ketika mereka mengatakan tidak, hari ini ada, dan itu ada di mana-mana," katanya.

Menurut dia, bukti jika paham radikal telah menyusup ke berbagai lapisan masyarakat itu sudah ada dengan adanya pelajar, guru, dan aparatur sipil negara lainnya yang terpapar radikalisme. "TNI/Polri juga disusupi, pelajar ada, bukti sudah ada kok kemarin," katanya.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan masyarakat tidak boleh tinggal diam karena radikalisme dan terorisme merupakan persoalan serius. Ia berharap anak-anak memiliki imunisasi ideologis.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement