REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta akan mengujicoba jalur baru untuk sepeda pada November. Hal itu menyusul uji coba dua fase jalur sepeda sejak September hingga Oktober pekan kemarin.
Kepala Dinas Perhubungan Syafrin Liputo mengatakan sampai saat ini dua fase jalur sepeda yang sudah diujicobakan sepanjang 48 kilometer. Jalur tersebut meliputi fase I jalur sepeda mulai dari Jalan Pemuda-Pramuka-Tugu Proklamasi-Doponegoro-Imam Bonjol-MH Thamrin sampai Merdeka Selatan.
Kemudian, kata dia, pekan lalu jalur sepeda fase dua juga telah diujicobakan, mulai dari Jalan Fatmawati-Jalan Panglima Polim-Jalan Sisingamangaraja-Jalan Sudirman dan akan bertemu dengan jalur sepeda fase I di bundaran Hotel Indonesia.
"Ini yang sudah kita laksanakan, dan selanjutnya dalam waktu dekat akhir bulan ini atau November nanti, kita akan ujicobakan mulai dari Jalan Tomang Raya-Jalan Cideng-Jalan Kebon Sirih dan kembali akan menyatu dengan jalur sepeda fase I di Jalan MH Thamrin," kata Syafrin kepada wartawan di Balaikota, Jumat (18/10).
Dia mengatakan, untuk fase III jalur sepeda nanti akan dimulai dari Jalan Pramuka-Jalan Matraman Raya-Jatinegara Timur dan Jatinegara Barat. "Jalur di sini akan me-loop di Terminal Kampung Melayu. Ini upaya kita untuk menyiapkan program pedestrianisasi, dan kendaraan bermotor bebas emisi," ujarnya.
Syafrin menegaskan pembangunan jalur sepeda di Jakarta saat ini berbeda dengan pembangunan jalur sepeda sebelumnya. Dahulu, ia menyebut jalur sepeda yang sudah dibangun seringkali terjadi tambal sulam atau berujung tidak dimanfaatkan.
"Kalau sekarang, kita lakukan rekayasa lalu lintasnya dulu dan menerima feedback dari masyarakat, diajak terlibat dalam bentuk kolaborasi dengan seluruh komunitas pesepeda apa yg sebenarnya dinginkan," ujarnya. Dari kolaborasi itu, panjang jalur yang perlu dibangun ialah 63 kilometer untuk jalur sepeda.
Selain itu, untuk mendukung para pekerja menggunakan sepeda dalam aktivitas di dalam Jakarta, Syafri menyebut pihaknya telah berkirim surat dan meminta kepada instansi yang kantornya dilewati jalur sepeda, untuk menyiapkan parkir sepeda. Selain itu, instansi juga diminta mengadakan fasilitas kebersihan seperti shower mandi untuk karyawan yang bersepeda, demi memberikan kenyamanan.
Pengamat Transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menilai upaya pembangunan jalur sepeda Pemprov DKI ini sudah cukup bagus. Walaupun ia sempat mengingatkan seringkali pembangunan jalur sepeda, di kota lain dibangun tanpa perencanaan yang matang.
"Jalur sepeda di berbagai kota di Indonesia banyak yang gagal. Kita berharap jalurnya jangan terputus, dan berkelanjutan, karena bakal ada gangguan terutama dari sepeda motor," ujarnya.
Djoko menekankan idealnya jalur sepeda menyatu dengan pedestrian, dengan catatan pedestriannya tetap harus lebar. Untuk di Jakarta, ia memberi catatan, ada beberapa contoh jalur sepeda yang kurang perencanaan, seperti di jalur sepeda Banjir Kanal Timur (BKT) dan jalur sepeda yang terputus seperti yang di GBK.
"Kedua contoh itu jalur sepeda di pedestrian dan terputus, gak ada sambungannya. Kalaupun ada nyambung ke jalan raya," ujarnya.
Djoko juga menyebut untuk efektifitas bersepeda di Jakarta, selain fasilitas yang bagus disiapkan Pemprov DKI, juga butuh dukungan dari daerah penyangga, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek). Ia menilai sangat berat kalau di Jakarta dibangun lengkap tapi di daerah pendukung tidak nyambung dengan transportasi publik yang lain.
"Nggak mau juga orang yang tinggal di Bodetabek ke Jakarta harus naik sepeda, tapi paling tidak daerah penyangga membantu mengintegrasikan dengan membenahi transportasi publiknya," kata Djoko.