REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Pemerintah menargetkan penambahan petani milenial sebanyak satu juta per tahun. Langkah ini dilakukan agar pembangunan pertanian melejit dibandingkan sebelumnya.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi dalam Jambore milenial pelaku dan pendamping pembangunan pertanian di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur, Jumat (18/10). Pada kesempatan itu Kementerian Pertanian melaunching gerakan petani milenial berorientasi ekspor.
Gerakan ini diharapkan dapat mencetak petani milenial yang kini jumlahnya masih sangat sedikit di bawah 1.000 orang. Pada momen itu juga ditetapkan sebanyak 21 orang duta milenial pembangunan pertanian.
"Kementan menargetkan jumlah petani milenial bisa bertambah banyak," ujar Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Dedi Nursyamsi.
Targetnya per tahun ada penambahan satu juta petani milenial. Sehingga, dalam lima tahun ada sebanyak lima juta petani baru.
Gerakan ini, kata Dedi, menggenjot ekspor terutama oleh petani milenial atau petani muda. Meskipun muda dan belum lama lulus dari perguruan tinggi, tapi petani milenial mampu ekspor produk pertanian ke mancanegara seperti Eropa, Amerika, Jepang dan Taiwan.
Hal ini kata Dedi, menunjukkan petani milenial sangat luar biasa karyanya karena bisa ekspor ke negara yang maju pertaniannya. Terutama komoditas yang memang tropis seperti manggis ke sembilan negara Eropa. Saat ini untuk manggis masih kekurangan kuota permintaan ekspor.
Selain itu ada petani milenial yang menyuplai sayur-sayuran ke berbagai restoran di Cianjur dan Jabotabek.
Namun, diakuinya jumlah petani milenial masih sangat sedikit di bawah seribu orang dari total jumlah petani 60 ribu orang. "Kalau makin banyak minimal lima persen dari jumlah petani secara keseluruhan maka pertanian dan ekspor makin melejit," imbuh Dedi.
Dedi menerangkan, Indonesia berpotensi menyalip Amerika dan Brazil yang ada di peringkat atas. Sehingga pemerintah akan mendorong petani milenial semangat dan kerja keras dengan produktivitas tinggi dan ekspor ke luar negeri. Caranya ungkap Dedi, dengan fasilitasi pendampingan setiap saat oleh penyuluh dan perguruan tinggi. Selain itu mendorong penerapan pertanian tradisional ke modern.
Misalnya penggunaan varietas unggul, pemupukan berimbang, dan penggunaan alat mekaniasi pertanian. Upaya ini melahirkan produktivitas yang tinggi dan kualitas yang bagus dan kontuinitas yang terjamin.