REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menyebut bahwa jumlah titik panas di Pulau Sumatra pada Jumat (18/10) jauh menurun dibanding Selasa-Kamis (17/10) kemarin. Kualitas udara di sejumlah wilayah di Sumatra pun menjadi lebih baik setelah dalam beberapa hari ini kembali diselimuti asap kebakaran hutan dan lahan.
"Penanganan jalan terus. Hari ini sudah turun jauh, hotspot sudah tinggal sepertiganya dan mulai hujan. Jambi dan Sumsel sudah hujan. Hari ini sudah drop, kalau dilihat angka hotspot sudah jauh," ujar Siti usai acara perpisahan Kabinet Kerja di Istana Negara, Jumat (18/10).
Siti mengaku heran lantaran kabut asap kembali muncul setelah terakhir kali parah pada September 2019 lalu. Menurutnya, munculnya kabut asap di sejumlah daerah di Sumatra kali ini bisa dipastikan disebabkan oleh pembakaran hutan dan lahan secara sengaja. Menanggapi ini, Siti menegaskan bahwa aksi pengawasan dan penindakan di lapangan terus dilakukan hingga kini.
"Saya juga nggak ngerti bisa seperti itu. Itu kan pasti dibakar. Jadi tinggal pengawasannya. Saya kerjanya bareng Pak Kapolri dan Panglima (TNI)," ujar Siti.
Di Sumatra Barat, ada dua kabupaten yang masih meliburkan siswanya sejak Kamis (17/10) hingga Sabtu (19/10) besok. Pemkot Solok dan Pemkab Solok Selatan di Sumbar beralasan, kebijakan untuk meliburkan para pelajar disebabkan kualitas udara yang buruk akibat kabut asap.
Dari pantauan satelit, jumlah titik panas di Pulau Sumatra memang jauh menurun pada Jumat (18/10) ini, ketimbang hari-hari sebelumnya. Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), jumlah titik panas di Provinsi Jambi selama sepekan terakhir terpantau berjumlah 1.194 titik.
Angka ini turun menjadi dua titik saja pada Jumat (18/10) ini (data LAPAN). Sedangkan di Sumatra Selatan, jumlah titik panas turun menjadi 37 titik, setelah selama sepekan berjumlah 2.549 titik.