REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Pemimpin Redaksi (Pemred) Republika Irfan Junaidi memberikan materi pelatihan menulis opini kepada para kader muda Muhammadiyah. Kegiatan yang berjudul "Membumikan Kepemimpinan Kader Muda Muhammadiyah Melalui Penguatan Literasi" bertempat di Gedung Bisnis Center, Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Tangerang Selatan.
"Kehausan anak muda terhadap informasi memang memiliki keingintahuan yang tinggi. Untuk kebutuhan mendapatkan bahan bacaan literasi sama seperti yang dulu, cuman sekarang aksesnya lebih mudah," kata Irfan, Jumat, (18/10).
Menurut dia, anak muda zaman sekarang ini untuk mendapatkan informasi tidak utuh, mereka mendapatkan setengah-setengah. Oleh karena itu, menjadi kebiasaan yang bagus bagi mereka untuk selalu memperdalam sebuah informasi. Ia mengatakan, setelah memperdalam informasi tersebut dan telah dilakukan crosscheck kemudian dibagikan kepada masyarakat.
"Berusaha untuk selalu perdalam informasi itu, jangan hanya di permukaan saja melainkan sampai ke dalam informasi dan terus digali, sebelum akhirnya dibagikan," jelasnya.
Di samping itu, di era seperti sekarang ini penting untuk pendalaman sebuah informasi karena berita bohong banyak tersebar dikalangan masyarajat. Menurut dia, berita bohong seperti sebuah penyakit kanker yang tidak dapat dibedakan.
"Hoaks itu kayak kanker. Bagaimana cara menangkalnya? Caranya adalah kita masuk kedalaman informasi, cek dan ricek kembali informasi tersebut sampai ke akarnya kemudian menvalidasi," ucapnya.
Terlihat dengan wajah yang antusias Irfan mengajak untuk seluruh para kader muda Muhammadiyah, dalam mencegah berita bohong yang banyak tersebar di masyarakat. "Ayolah kita kembali menuangkan sebuah informasi yang kita tuangkan dalam bentuk infromasi yang benar, dari situ kita terbiasa untuk mendalami sebuah informasi," katanya.
Sementara dirinya juga mengajak kepada para kader tersebut untuk membiasakan menulis. Menurut dia, zaman dulu orang banyak terkenal karena sebuah tulisannya.
Menulis, kata Irfan, dianggap sebagai kesulitan karena jarang melakukan. Tipsnya berbeda-beda, tapi yang harus dilakukan adalah membiasakan untuk menulis. "Menulis itu seolah olah habit. Diibaratkan seperti orang yang belajar naik sepeda, memang tidak mudah tapi karena terbiasa itu akan terasa sangat mudah, terus berjuang," jelasnya.
Menurut dia, proses menulis itu ada proses pendalaman informasi, ada dialog pemikiran yang hebat. Di situlah proses peningkatan terjadi. Disitulah akan naik kadar intelektualistas, akan tetapi dialog intelektual itu jauh menempa mendapatkan informasi yang baik.
Sementara itu, menurut Ketua Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM), Ari Susanto, kegiatan ini merupakan pelatihan penulisan opini, tujuannya untuk menguatkan kader-kader IMM dalam kepenulisan, khususnya opini.
"Secara spesifik lagi kita melihat kader-kader ini lantang bersuara namun ketika di sistematika dalam tulisan terkadang mereka tidak mampu dalam menyampaikan. Padahal, kekuatan tulisan itu melampaui semuanya, tentu itu menjadi dasar kita bahwa tulisan mampu menjadi rekam jejak memengaruhi secara tulisan selain dari video,” ucapnya.