REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY — Militer Meksiko gagal menangkap hidup salah satu bandar narkoba terbesar di dunia dari kartel Sinaloa, Ovidio Guzman Lopez. Kegagalan tersebut setelah pasukan militer Garda Nasional mendapat perlawanan bersenjata dari kartel Sinaloa, dalam baku tembak dan peperangan kota di Kota Culiacan, pesisir barat Meksiko, Kamis (17/10).
Kegagalan tersebut, menjadi aib bagi pemerintahan dan militer Meksiko dalam perlawanan terhadap gembong narkoba. Namun Presiden Meksiko Manuel Lopez Obrador menganggap, kegagalan menangkap Ovidio, sebagai penyelematan nyawa.
Karena operasi militer menangkap Ovidio, sudah menewaskan enam orang, dan melukai 16 warga biasa dalam perang jalanan dengan kartel Sinaloa. “Penangkapan seorang penjahat, tidak lebih berharga daripada nyawa orang lain,” kata dia, seperti mengutip BBC, Sabtu (19/10).
Pada Kamis (17/10) waktu setempat, Garda Nasional Meksiko melakukan operasi militer menangkap Ovidio. Operasi tersebut sebetulnya berhasil setelah militer menangkap Ovidio di sebuah rumah di Kota Culiacan.
Akan tetapi, penangkapan Ovidio, memicu perlawanan para anggota kartel Sinaloa di kota tersebut. Pertempuran sengit antara Garda Nasional dan kartel Sinaloa, terjadi di jalanan kota dengan tingkat persenjataan berimbang antara militer dan loyalis kartel.
Washington Post mengabarkan, pertempuran sengit antara militer dan kartel di Culiacan, membuat kota tersebut bak zona perang. Di jalanan orang-orang berlindung ketakutan di balik gedung ataupun kendaraan.
Di jalanan, truk-truk dan bus terbakar akibat aksi saling serang antara kartel dan militer. Beberapa dokumentasi memperlihatkan mayat-mayat yang bergelimpangan di pinggir jalan akibat terkena peluru. Sedangkan mereka yang luka-luka, bertahan hidup agar tak kena peluru.
Perlawanan kartel itu, untuk mendesak militer yang sudah menangkap Ovidio supaya dibebaskan. Kartel pun dikatakan tak segan menjadikan warga biasa sebagai barter untuk pembebasan Ovidio.
Itu sebabnya, Presiden Obrador mengatakan, untuk menghindari korban dari rakyat biasa, Garda Nasional memilih untuk membebaskan Ovidio dari penangkapan. “Pembebasan itu untuk melindungi rakyat biasa,” kata Obrador. Ia pun mendukung pengambil keputusan, untuk membebaskan Ovidio tersebut.
Ovidio, merupakan putra bungsu dari gembong narkoba terbesar di dunia, Joaquin Guzman, atau yang terkenal dengan El-Chapo. El-Chapo penguasa wilayah Sinaloa yang menjadi basis peredaran narkotika ke hampir seluruh daratan Amerika.
Garda Nasional pada 2016 lalu, berhasil menangkap El-Chapo, setelah dua kali berhasil kabur dari penjara militer Meksiko. Pada penangkapan terakhir, pemerintah Meksiko setuju mengekstradisi El-Chapo ke Amerika Serikat (AS) untuk diadili.
Keberadaan El-Chapo di penjara AS, tak mematikan kartel Sinaloa yang dikenal sebagai organisasi kejahatan paling brutal di Meksiko. Tiga putranya, menggantikan peran El-Chapo memimpin kartel Sinaloa.
Selain Ovidio, yang baru berusia 20-an tahun, kartel Sinaloa kini juga dipimpin dua kakaknya, Ivan Archivaldo Guzman, dan Jesus Alfredo Guzman. Ovidio, menurut Washington Post sebagai pemimpin yang dianggap lemah ketimbang dua kakaknya.
Washington Post mengatakan, loyalis kartel Sinaloa, sejak penangkapan El-Chapo pada 2016 lalu, mendorong putra keduanya, Jesus Alfredo Guzman sebagai pengganti ayahnya. Ia dijuluki Ios Chapitos, atau the Little Chapos di kalangan kartel pesisir pantai barat Meksiko.
Ketidakmampuan Garda Nasional mempertahankan penangkapan Ovidio, dikhawatirkan membuat kartel Sinaloa semakin di atas angin dalam konflik bersenjata gembong narkoba, dengan militer.