REPUBLIKA.CO.ID, MASOHI -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) kembali mengadakan aksi pelayanan kepada para penyintas Gempa Maluku yang hingga hari ini masih bertahan di pengungsian.
BSMI menggelar Trauma Healing dan Kelas Darurat di pengungsian Desa Tial, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Sabtu (19/10). Koordinator BSMI Halmahera Selatan, Ady Saputra mengatakan, hingga kini masyarakat masih mengungsi karena trauma dengan gempa 6,8 SR yang mengguncang Maluku pada 26 September 2019 lalu.
Ady menyebut hingga kini masyarakat masih trauma karena gempa susulan masih terus terjadi sampai Sabtu (26/9) pagi sebesar 4,5 SR. Ady menyebut, pihaknya mengadakan kelas darurat dan trauma healing karena anak-anak di pengungsian belum kembali bersekolah.
BSMI membuka kelas darurat dan trauma healing untuk anak-anak penyintas gempa Maluku.
"Belum ada juga tenda khusus yang dibuat untuk sekolah. Sehingga beberapa pekan anak-anak tinggal dan beraktivitas di pengungsian. Masa tanggap darurat juga diperpanjang karena belum semua pengungsi mendapat fasilitas seperti sekolah darurat," papar Ady dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (19/10).
Ada 27 anak mengikuti kelas darurat yang diisi dengan menggambar dan mewarnai. Beberapa diantara mereka bersekolah tingkat SD dan beberapa di TK.
Sebelumnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan masa tanggap darurat gempa Maluku diperpanjang dari 10 Oktober 2019 hingga 10 Januari 2020 setelah gempa magnitudo 6,8 mengguncang kota tersebut, 26 September 2019.Perpanjangan masa tanggap darurat dilakukan lantaran penanganan dan pelayanan pasca gempa belum tuntas.