REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Presiden Cile Sebastian Pinera mengumumkan akan mencabut kenaikan tarif angkutan umum yang telah menyebabkan protes luas, Sabtu (19/10). Keputusan ini diambil melihat unjuk rasa yang terus memanas dan berujung pada kekacauan di berbagai daerah.
Pinera mengatakan dalam siaran nasional dari istana kepresidenan di Santiago, dia telah mendengarkan dengan kerendahan hati suara rekan-rekannya. Banyak pihak yang menyatakan ketidakpuasan dengan biaya hidup di salah satu negara terkaya itu.
Sebelum mengumumkan pengembalian tarif itu, Pinera mengumumkan keadaan darurat di ibu kota saat bentrokan dengan polisi berlanjut dan menyebar ke kota-kota Cile lainnya. Keadaan darurat akan berlaku untuk Santiago dan dapat berlangsung selama 15 hari.
Jenderal yang ditunjuk oleh Pinera untuk mengurusi masalah kerusuhan Javier Iturriaga del Campo mengatakan, pasukannya akan memfokuskan patroli mereka pada daerah yang paling dilanda konflik. Meski begitu, mereka tidak akan memberlakukan jam malam.
"Kami mengambil kendali, mengerahkan pasukan kami sedemikian rupa sehingga kami dapat mencegah tindakan vandalisme yang berkelanjutan dan memiliki perasaan yang lebih baik di pagi hari tentang apa yang terjadi," kata del Campo.
Kondisi itu memberikan pemerintah kekuatan tambahan untuk membatasi kebebasan bergerak warga negara dan hak untuk berkumpul. Peristiwa itu pun membuat tentara kembali ke jalan untuk pertama kalinya sejak gempa bumi menghancurkan bagian negara itu pada 2010.
"Tujuannya memastikan ketertiban umum dan keamanan properti publik dan pribadi. Tidak akan ada ruang untuk kekerasan di suatu negara dengan aturan hukum pada intinya," kata Piñera dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari The Guardian, Ahad (20/10).
Pinera mengatakan, akan menggunakan undang-undang keamanan khusus untuk menuntut para kriminal yang bertanggungjawab atas kerusuhan tersebut. Dia juga mengucapkan simpati kepada mereka yang terdampak pada kenaikan suku bunga.
Protes terjadi karena keluhan atas biaya hidup, khususnya perawatan kesehatan, pendidikan dan layanan publik yang terus meningkat. Cile salah satu negara terkaya di Amerika Latin, hanya saja, terjadi ketimpangan yang sangat besar.
Biaya hidup yang tinggi di Santiago menjadi titik api politik yang memicu seruan melakukan reformasi di segala lini mulai dari pajak, ketenagakerjaan sampai sistem jaminan pensiun. Para mahasiswa dan siswa sekolah menengah atas mulai melakukan unjuk rasa setelah pemerintah menaikkan tarif pada 6 Oktober lalu.
Pemerintah Cile menaikkan tarif transportasi publik sebesar 1,17 dolar AS. Kenaikan tarif dilakukan karena tingginya biasanya bahan bakar dan melemahnya peso.
Pada Jumat sore unjuk rasa berubah menjadi kerusuhan. Pemerintah pun menutup seluruh 138 stasiun metro yang terhubung dengan rel sepanjang 87 mil pada malam harinya. Operasi metro masih terus ditutup sampai akhir pekan.
Polisi mengatakan, pada Jumat saja sudah sebanyak 156 polisi telah terluka, termasuk lima mengalami luka serius. Sebanyak 49 mobil polisi rusak, 41 stasiun metro dirusak, dan 308 orang ditahan.
Menstabilkan kondisi Cile sesegera mungkin merupakan langkah yang harus diambil. Tiga pekan kedepan Cile akan menjadi tuan rumah bagi beberapa kepala negara, seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping untuk pertemuan puncak regional Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik. Beberapa pekan kemudian akan menjadi tuan rumah para pemimpin dunia lainnya untuk KTT perubahan iklim PBB COP25.