REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan tahunan perbankan dan keuangan syariah dari Global Islamic Finance Report (GIFR) 2019 menempatkan Indonesia pada posisi pertama. Indonesia berhasil mencetak skor 81,93 pada Islamic Finance Country Index (IFCI) 2019.
Menanggapi pencapaian tersebut, menurut Direktur Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Afdhal Aliasar prestasi tersebut sejalan dengan perbaikan Indonesia dalam meningkatkan ekosistem keuangan syariah dan ekonomi syariah.
“Pemerintah sangat menyadari hal ini bahwa sektor keuangan syariah haruslah terintegrasi dengan ekonomi syariah dan industri halal,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (20/10).
Menurutnya saat ini KNKS melalui Direktorat Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal telah mensinergikan integrasi lintas sektoral ekonomi. Diharapkan akan hadir lembaga pemerintah yang lebih kuat dan lebih fokus untuk menangani pengembangan industri halal dan Islamic Economy.
“Insya Allah komitmen kuat ini ke depan akan berbuah hasil yang baik untuk perkembangan ekonomi nasional,” ucapnya.
Dia mengakui tantangan terbesar dengan meningkatkan literasi keuangan dan ekonomi syariah masyarakat dan Kementerian Lembaga. Diharapkan dengan pemahaman yang baik oleh semua stakeholders, maka tantangan-tantangan teknis lainnya akan bisa diselesaikan dengan lebih mudah dan lebih cepat.
“Tantangan berupa sinergitas yang perlu dibangun bersama antarsektor,” ucapnya.
Kendati demikian, pihaknya menyakini dengan komitmen yang kuat serta lembaga terkait lainnya maka kepercayaan para investor atau pebisnis akan datang dan tumbuh semakin kuat. Dia mencontohkan perolehan prestasi untuk meraih peringkat pertama GIFR maka Indonesia sebagai negara besar dan populasi Muslim terbesar mampu tampil percaya diri kancah international.
“Kita harus percaya diri dan selalu inovative dalam pengembangan Islamic Economy sehingga negara luar melihat Indonesia sebagai rujukan pengembangan ekonomi syariah dunia,” ucapnya.