REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kota Malang dan sekitarnya harus mengalami angin kencang dari Ahad pagi hingga sore (20/10). Kondisi ini pun menyebabkan masyarakat khawatir untuk beraktivitas di luar rumah.
Warga Kota Malang, Fransisca Angelina mengaku sempat merasakan angin kencang pada Ahad siang (20/10). Situasi ini dialaminya ketika berkendara motor dari Jalan Panji Suroso ke Sawojajar. Sepanjang tahun ini, dia berpendapat, baru pertama kali merasakan fenomena tersebut.
Tidak hanya angin, Sisca melihat, debu-debu juga ikut berterbangan sehingga menganggu penglihatan. "Pas motoran aku sampai oleng. Dan semalam memang panas sumuk (gerah--red), tapi siang ini malah kenceng anginnya," kata Sisca, kepada Republika, Ahad (20/10).
Atap Rumah
Angin kencang menyebabkan beberapa atap rumah warga Kota Malang mengeluarkan bunyi. Hal ini diungkapkan Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang berdasarkan laporan dari masyarakat.
"Beberapa atap rumah di kawasan Dieng, Unmer (Universitas Merdeka) dikabarkan berderak-derak diterpa angin," ujar Analisis Kebencanaan BPBD Kota Malang, Mahfuzi, Ahad (20/10).
Hingga kini, Mahfuzi memastikan, belum ada laporan kerusakan yang diakibatkan angin kencang. Namun berdasarkan pantauan Republika, fenomena angin kencang cukup mengganggu aktivitas masyarakat. Bahkan, debu yang berterbangan mampu memasuki rumah meski pintu dan jendela tertutup rapat.
Sebelumnya, BPBD Kota Malang mengungkapkan, kecepatan angin di wilayahnya memasuki level waspada. Kecepatannya sempat berada di angka 55 kilometer per jam. Angka ini sudah masuk dalan kategori angin ribut.
Menurut Mahfuzi, angin kencang secara teori terbentuk akibat energi yang berlebihan. Hal ini terutama terjadi saat perubahan suhu yang naik-turun di musim pancaroba. Ditambah lagi, mulai munculnya gumpalan awan yang membentuk segala energi.
Saat ini, Mahfuzi memprediksi tengah terjadi penguapan dan radiasi tinggi pada awan yang tengah membentuk. Itu artinya energi yang terbentuk mulai saling bersikutan satu sama lain. Kondisi ini bisa mengakibatkan angin kencang, kilat, petir, bahkan hujan lebat.
Mahfuzi berpendapat, angin kencang di musim pancaroba biasanya akan terjadi dari pagi hingga menjelang sore. Hal ini terbukti di mana kecepatan angin mulai landai pada Ahad sore (20/10). Berdasarkan data yang diterima, kecepatannya kini hanya 11 sampai 18 kilometer (km) per jam.
"Dan kondisi ini tak mesti pula tiap hari, karena energi yang dihasilkan tergantung pola pertumbuhan awan," jelasnya.
Atas situasi ini, Mahfuzi berpesan pada masyarakat agar tetap waspada saat melintasi jalanan. Hal ini terutama di area yang memiliki banyak pepohonan berusia tua. "Jangan pula bernaung di bawahnya," pesan Mahfuzi.