REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kemudahan masyarakat mengakses permodalan menjadi salah satu syarat Indonesia dapat keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah. Perbankan nasional harus dirancang untuk mendukung modal wirausaha.
"Modal di Indonesia saat ini mahal. Modal yang mahal terlihat dari suku bunga kredit yang tinggi apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan rasio pinjaman terhadap pendanaan (Loan to Deposit Ratio/LDR) pebankan Indonesia yang mencapai 94 persen," katanya peneliti Indef Rusli Abdullah di Jakarta, Ahad (20/10).
Menurut dia, salah satu cara untuk menambah modal adalah dengan menarik modal orang Indonesia yang disimpan di luar negeri untuk dibawa ke Indonesia. "Modal yang ditarik masuk ke dalam negeri itu dapat diputar di dalam perekonomian Indonesia," ucapnya.
Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya, Minggu sore, menyampaikan bahwa potensi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah sangat besar. Saat ini, lanjut dia, Indonesia sedang berada di puncak bonus demografi, di mana penduduk usia produktif kita jauh lebih tinggi dibandingkan usia tidak produktif.
"Ini adalah tantangan besar dan sekaligus juga sebuah kesempatan besar. Ini menjadi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan kesempatan kerja," kata Presiden.
"Tapi akan menjadi kesempatan besar jika kita mampu membangun SDM yang unggul. Dengan didukung oleh ekosistem politik yang kondusif dan dengan ekosistem ekonomi yang kondusif," tambah Presiden.