Senin 21 Oct 2019 10:15 WIB

Putra Pendiri NU: Islam dan Politik tak Bisa Dipisahkan

Islam dan politik kebangsaan bagian dari perjuangan umat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Kiai dan santri Ponpes Bahrul Ulum berdoa usai sujud syukur di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Kamis (22/10)
Foto: ANTARA FOTO/Syaiful Arif
Kiai dan santri Ponpes Bahrul Ulum berdoa usai sujud syukur di Tambakberas, Jombang, Jawa Timur, Kamis (22/10)

REPUBLIKA.CO.ID, Putra pahlawan nasional KH Abdul Wahab Chasbullah, KH Hasib Wahab menerima kunjungan silaturahim Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj di Pondok Pesantren Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang, Kamis (17/10). 

Dalam sambutannya, Kiai Hasib menceritakan tentang sosok ayahnya, KH Wahab Hasbullah yang merupakan mantan Ketum PBNU.

Baca Juga

Kiai Hasib yang juga Ketua Majelis Pengasuh Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras ini mengatakan, suatu waktu dirinya pernah bertanya kepada Mbah Wahab tentang tujuannya memimpin NU yang saat itu menjadi partai politik. Kemudian, kata dia, Mbah Wahab menjawab bahwa tujuannya adalah untuk menjalankan syariat Islam.

"Mbah Wahab menjawab poko'e NU itu meski presiden, menteri, bupati sampai lurah shalat kabeh. Syukur NU kabeh (semua) Alhamdulillah. Itu tujuannya Mbah Mahab. Jadi adalah yang penting syariatnya dilakukan,” ujar Wahab saat menyambut Kiai Said di pesantrennya belum lama ini.

Selain itu, menurut Kiai Hasib, ayahandanya juga memiliki pandangan bahwa Islam dan politik tidak akan pernah bisa dipisahkan. Karena itu, menurut dia, ketika berbicara Islam tidak pernah bisa dilepaskan dari kebangsaan.

“Beliau mengatakan bahwa antara politik dan Islam itu tidak bisa dipisahkan. Ini kata Mbah Wahab.  Jadi kalau berbicara itu tidak bisa lepas dengan kenegaraan, kebangsaan, dan politik,” ucap Kiai Hasib.

Dalam acara itu, Kiai Hasib berterimakasih kepada Kiai Said dan 35 orang jajaran PBNU yang telah berkunjung ke pesantrennya setelah melakukan ziarah ke makam KH  Wahab Hasbullah. Pada kesempatan tersebut, Kiai Hasib menghibahkan Software Terintegrasi kepada PBNU, yaitu software untuk pendataan warga NU. 

Sementara itu, Kiai Said dalam sambutannya menyampaikan bahwa menjadi seorang santri harus bangga dan percaya diri. 

Karena, menurut dia, seorang santri itu mempunyai karakter tersendiri, sehingga Mbah Wahab pada masanya sangat diperhitungkan oleh lawan-lawan politiknya.

“Sebenarnya kita harus bangga, harus percaya diri sebagai santri, menghadapi apa saja harus bisa. Mbah Wahab itu diperhitungan betul oleh lawan-lawan politiknya, PKI,” kata Kiai Said.

Pada Kamis (17/10) lalu, puluhan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan ziarah ke makam para pendiri dan tokoh NU yang berada di Jombang, Jawa Timur. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyambut peringatan Hari Santri pada 22 Oktober mendatang.

Dengan dipimpin Kiai Said, mereka berziarah ke makam KH  Hasyim Asy’ari di Tebuireng, KH Bisri Syansuri di Denanyar, KH Wahab Hasbullah di Tambak Beras, dan ke makam KH Romli Tamim di Peterongan, Jombang. 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement