REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Amerika Serikat (AS) akan berusaha mencapai perjanjian damai dengan kelompok Taliban. Perundingan perdamaian kedua belah pihak diketahui telah dihentikan secara sepihak oleh Presiden AS Donald Trump pada September lalu.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper yang saat ini sedang melakukan kunjungan ke Afghanistan memastikan bahwa negaranya masih berkomitmen dalam mencapai perjanjjian damai. “Itu adalah cara terbaik untuk maju. Saya berharap kita dapat bergerak maju dan menghasilkan kesepakatan politik yang memenuhi tujuan kita dan memenuhi tujuan yang ingin kita capai ” kata dia pada Senin (20/10).
Esper dijadwalkan bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Selain membahas tentang perundingan perdamaian dengan Taliban, Esper diperkirakan akan turut membahas tentang penarikan sekitar 5.000 pasukan AS dari Afghanistan.
Saat ini AS diketahui memiliki 14 ribu personel militer di Afghanistan. Esper ingin memangkasnya menjadi 8.600 tentara. Namun pengurangan jumlah pasukan itu tak mengurangi komitmen AS untuk membantu Afghanistan memerangi kelompok teroris seperti ISIS atau al-Qaeda.
Akhir pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menegaskan negaranya masih berkomitmen melakukan pembicaraan damai dengan Taliban. Perdamaian dan stabilitas di Afghanistan tetap menjadi perhatian AS.
Hal itu diungkap Pompeo setelah adanya serangan terhadap masjid di Distrik Haska Mena pada Jumat lalu yang menewaskan sedikitnya 69 orang. “AS tetap berkomitmen untuk perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, dan akan terus berjuang melawan terorisme. Kami mendukung rakyat Afghanistan yang hanya menginginkan perdamaian serta masa depan yang bebas dari tindakan kekerasan yang menjijikan ini,” ujarnya.
Washington telah menuding kelompok Taliban sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan masjid di Haska Mena. Namun, Taliban telah membantah tuduhan itu. Taliban mengklaim ledakan di masjid tersebut terjadi karena serangan mortir oleh pasukan Pemerintah Afghanistan.
Pada September lalu, Trump memutuskan menghentikan perundingan damai dengan Taliban. Keputusan itu diambil Trump setelah Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom di Ibu Kota Afghanistan Kabul. Sebanyak 12 orang tewas dalam insiden tersebut, termasuk satu tentara AS.
Trump, termasuk Pompeo, menganggap serangan itu merupakan taktik Taliban untuk memperkuat posisinya dalam perundingan. Harapannya agar hasil pembicaraan dengan AS dapat sesuai dengan kehendak atau keinginan mereka.
Awal Oktober lalu, Taliban mengancam akan terus menyerang pasukan AS yang berada di Afghanistan. Serangan dihentikan jika kesepakatan perdamaian telah tercapai. "Sampai tidak ada kesepakatan dengan AS, kami akan melanjutkan serangan terhadap pasukan AS," kata juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid.