REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finances (Indef), Berly Martawardaya mengingatkan agar Presiden Joko Widodo dalam periode kedua kepemimpinannya ini tidak sering mengganti Menteri ESDM seperti masa jabatan lima tahun pertama kemarin. Tahun lalu saja, kata Berly menteri ESDM mengalami pergantian hingga empat kali.
"Yang penting jangan ada lima menteri satu periode. Menteri siapapun juga semoga lima tahun full lah. biar gak ganti ganti jadi full gitu," ujar Berly di Darmawangsa, Senin (21/10).
Sebab menurut Berly, Menteri ESDM sangat berperan penting dalam menentukan kepastian investasi migas. Apalagi, proyek proyek migas dan energi lainnya merupakan proyek jangka panjang. Estafet kerja membuat investor menjadi kurang memiliki kepercayaan.
"Kalau ganti menteri sampai empat kali satu periode kan berpotensi ganti gangi regulasi. Ini yang membuat investor menjadi gamang," ujar Berly.
Namun, disatu sisi kata Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Djoko Siswanto mengatakan meski ganti menteri, sebenarnya proses teknis ada di tingkat Dirjen. Ia memastikan meski berganti pimpinan, semua proses bisa dikerjakan dengan baik.
"Ya saya juga merasakan ganti menteri beberapa kali. Tapi balik lagi, gimana kepastian itu bisa kita berikan ke investor," uhar Djoko.
Selama lima tahun Jokowi di tahun pertama, ia mendapuk beberapa orang untuk menjadi Menteri ESDM. Mulai dari Sudirman Said, lalu Arcandra Tahar, Luhut Binsar Pandjaitan dan terakhir, Ignasius Jonan.