REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Mandiri menargetkan produk KPR Milenialnya tembus Rp 300 miliar di akhir 2019. Inovasi terbaru khusus untuk generasi muda tersebut baru diluncurkan tahun lalu dan mencatat kredit sekitar Rp 240 miliar per September 2019.
"Kita optimis, di akhir tahun bisa Rp 300 miliar, tahun depan bisa Rp 500 miliar jika kondisi pasar seperti sekarang," kata Consumer Loan Group Head at PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Ignatius Susatyo Wijoyo di kawasan SCBD, Jakarta, Senin (21/10).
Ia menyampaikan milenial adalah segmen yang masih bisa digenjot. Dalam empat tahun terakhir, rumah dengan harga di atas Rp 2 miliar tumbuh stagnan. Ini berarti segmen pasarnya terus menurun karena beralih investasi, tidak lagi di properti.
Sementara segmen pasar untuk harga rumah dibawah Rp 1 miliar masih terus tumbuh. KPR milenial berada di kisaran tersebut sehingga Ignatius optimistis pasar masih akan bergeliat sehingga target dua kali lipat di tahun depan secara year on year (yoy) bisa tercapai Rp 500 miliar.
Saat ini, posisi KPR Bank Mandiri mencapai sekitar Rp 43,3 triliun per September 2019. Pada akhir tahun diproyeksikan tumbuh hingga Rp 45 triliun, melihat rata-rata kenaikan per bulan sekitar Rp 700 miliar.
"Rata-rata tumbuh sekitar empat persen dibanding tahun lalu, tapi di akhir 2019 ditargetkan tumbuh lima persen," katanya.
Bank Mandiri juga bersiap untuk kebijakan keringanan Loan to Value (LTV) yang mulai berlaku 2 Desember 2019. Ignatius mengatakan Bank Mandiri sedang menyiapkan produk khusus. Bocorannya, setiap nasabah dengan pembayaran gaji di Bank Mandiri, maka bisa mendapatkan LTV hingga 100 persen untuk KPR pertama.
"LTV bisa 100 persen artinya DP bisa nol persen," kata dia.
Bunga yang ditawarkan yakni sekitar 6,5-7,5 persen tetap selama tiga tahun untuk rekanan pengembang tertentu. Seperti Ciputra, Sinarmas, Metland, dan lain-lain. Harganya berkisar mulai Rp 400 miliar.
Ignatius menyampaikan milenial menjadi sasaran karena diproyeksikan akan menempati porsi sekitar 34 persen penduduk pada 2020. Mereka juga belum cukup aktif berinvestasi, khususnya di properti karena mayoritas pendapatan, sekitar 51 persen, habis untuk kebutuhan bulanan.
"Mandiri menyadari milenial ini memang perlu edukasi, agar berani memiliki properti," kata dia.