REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan Presiden Joko Widodo untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan impor minyakakan segera diwujudkan. Caranya, melalui penggunaan campuran biodiesel 30 persen menggunakan Bahan Bakar Nabati (B30).
Sekjen Dewan Energi Nasional yang juga Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, pada Oktober 2019 ini, uji coba penggunaan campuran biodiesel 30 persen menggunakan Bahan Bakar Nabati (BBN) atau B30 ditargetkan selesai.
"Mulai awal tahun 2020, penggunaan komposisi minyak sawit (FAME) pada biosolar sudah mencapai 30 persen dari saat ini sebesar 20 persen," ujar Djoko melalui siaran persnya, Senin (21/10).
Djoko menambahkan, pemerintah berencana tak hanya mengimplementasikan B30 pada sektor transportasi. Menurut dia, uji coba B30 untuk kereta api dan kapal juga akan segera dilakukan. Ia menambahkan, kebijakan penggunaan B30 dipicu oleh tingginya impor solar. Padahal, Indonesia adalah salah satu produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Sehingga, ketersediaan bahan baku kelapa sawit Indonesia sangat melimpah. Ia berharap dengan hadirnya B30, Indonesia tak lagi menjadi negara importir solar, dan bahkan avtur.
Djoko mengajak generasi muda untuk mendukung program penggunaan B30 ini. Karena selain mengurangi beban negara dari sisi keuangan, penggunaan B30 ini juga sangat ramah lingkungan.
Upaya penggunaan B30, kata Djoko, juga merupakan komitmen Indonesia kepada dunia untuk menjaga lingkungan hidup. Tentunya, kata dia, agar dunia tetap bersih, tetap sehat. B30 juga merupakan jawaban dari Indonesia untuk mencegah terjadinya pemanasan global.