REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan gagal membentuk pemerintahan baru. Netanyahu seperti dilansir dari laman BBC, Selasa (22/10), mencoba berulang kali untuk membentuk pemerintah koalisi tetapi ditolak partai lawan. Hingga akhirnya, ia mengumumkan keputusan membatalkan upayanya membentuk pemerintahan.
Netanyahu telah berkuasa selama dekade terakhir tetapi tidak dapat mengamankan mayoritas suara partai koalisi setelah pemilihan September. Dalam sebuah video yang dirilis oleh dirinya, Netanyahu menuding lawan politiknya, Benny Gantz menolak untuk bernegosiasi dengannya terkait kemungkinan pembentukan pemerintah persatuan.
Presiden Israel, Reuven Rivlin, akan memberi Gantz waktu 28 hari untuk melakukan negosiasi yang sama. Rivilin akan berkonsultasi dengan beberapa kepala partai Israel untuk memberikan mandat kepada kandidat lain. Dia diharapkan memberikan mandat kepada Benny Gantz, pemimpin Partai Blue and White.
Rivlin mengatakan dia akan mencoba untuk menghindari digelarnya pemilu kembali di negara yang sudah menggelar pemilu dalam dua tahun ini. Jika Gantz juga gagal membentuk pemerintahan, parlemen dapat mengajukan kandidat ketiga dalam upaya terakhir untuk menghindari pengambilan suara berikutnya.
Pemungutan suara pada September lalu menunjukkan Partai Likud Netanyahu memenangkan 32 kursi dan Partai Blue and White Gantz 33. Presiden Rivlin awalnya memilih Netanyahu sebagai kandidat dengan peluang terbaik untuk berhasil membentuk koalisi.
Menanggapi pernyataan Netanyahu yang tidak dapat membentuk pemerintahan, Partai Blue and White mengatakan, "Waktu untuk putaran ini telah berakhir dan sekarang saatnya untuk bertindak".