REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Presiden Cile Sebastian Pinera mengatakan saat ini pemerintahnya sedang melawan musuh kuat. Ia dan menteri-menterinya menyatakan vandalisme dan pembakaran yang terjadi beberapa hari terakhir ini di Cile dilakukan dengan terkoordinir.
"Kami berperang melawan musuh kuat, yang bersedia menggunakan kekerasan tanpa batasan apa pun," kata Pinera, dalam pidatonya markas besar tentara Cile yang disiarkan televisi, Selasa (22/10).
Menteri Dalam Negeri Andres Chadwick mengatakan pelaku pengrusakan awalnya menyerang sistem metro dan bus. Tapi berubah menjadi penjarahan dan pembakaran toko-toko untuk menyerang 'rantai pasokan makanan' Cile.
"Hal itu jelas mencerminkan niatan, untuk merusak kehidupan sehari-hari warga," kata Chadwick.
Menteri Kesehatan Cile Dr. Jaime Manalich mengatakan ada 239 warga sipil yang terluka dalam kerusuhan yang sudah berlangsung selama tiga hari. Total jumlah korban tewas mencapai 11 orang. Chadwick mengatakan satu orang laki-laki di utara provinsi Coquimbo meninggal dunia karena luka tembak.
Kepala Dewan Hak Asasi Manusia PBB dan mantan presiden Cile Michelle Bachelet menyerukan penyelidikan independen terhadap kematian para pengunjuk rasa. Ia menyebut tentang 'tuduhan menjijikkan' yang menjadi landasan pasukan keamanan menggunakan kekuatan berlebihan.
Bachelet tidak menyebutkan secara langsung Pinera, seorang miliiuner lulusan Harvard. Ia hanya meminta segera ada dialog dan menahan segala bentuk 'retorika menghasut' yang menurutnya hanya akan memperburuk situasi.
Pada Senin (21/10), hampir semua sekolah dan toko di Santiago ditutup. Banyak warga di kota berpopulasi enam juta itu harus mencari kebutuhan dasar setelah pemerintah memberlakukan jam malam pada Sabtu (20/10).
Di sebagian besar kasus, warga harus mengantre panjang di toko swalayan dan pom bensin. Polisi dan tentara menjaga beberapa toko dan pom bensin.
Walmart Cile mengatakan menutup lebih dari 100 toko mereka karena penjarahan. Di beberapa tempat toko mereka dibakar. Turis dan wisatawan juga menghadapi kesulitan.
Sebanyak 253 penerbangan di Bandara Internasional Santiago dibatalkan. Karyawan maskapai juga kesulitan untuk bekerja seperti biasa.
"Kami akan terus bekerja meminimalisir dampak dari situasi ini terhadap operasi kami," kata maskapai terbesar di Cile, LATAM.