REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Peradaban Islam mulai menguasai wilayah selatan Negeri Spageti itu, khususnya Sicilia, pada 15 Juli 827 M. Saat itu, Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad sedang menguasai dunia.
Adalah tentara Dinasti Aghlabid di bawah kekuasaan Ziyadat Allah I yang berhasil menaklukkan Sicilia dari kekuasaan Bizantium. Dinasti Aghlabid merupakan sebuah kekhalifahan Muslim Arab yang menguasai Ifriqiyah yang meliputi Aljazair, Tunisia, dan Tripoli.
Untuk menaklukkan dominasi Bizantium di Sicilia, Dinasti Aghlabid perkuat 10 ribu pasukan infanteri, 700 pasukan berkuda, serta 100 armada kapal. Berbekal kekuatan penuh itulah, pasukan Muslim di bawah komando Asad Ibnu Al-Furat (70 tahun) berhasil mengandaskan kekuatan Bizantium dalam pertempuran dahsyat di dekat Mazara.
Serangkaian pertempuran demi pertempuran dilalui pasukan Dinasti Aghlabid hingga akhirnya satu per satu kota di Sicilia sepenuhnya berhasil dikuasai umat Islam. Sejatinya, upaya penaklukan Italia Selatan telah dimulai sejak era Kekhalifahan Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Ekspedisi penaklukan Sicilia oleh Kekhalifahan Umayyah terjadi pada 652 M. Saat itu, Khalifah Muawiyah I menugaskan Muawiyah ibnu Hudayj dari suku Kindah untuk memimpin penaklukan. Namun, upaya penaklukan itu belum berhasil.
Pada 669 M, pasukan tentara Islam kembali menyerang Sicilia. Sebanyak 200 kapal yang bergerak dari Alexandria, Mesir menggempur kekuatan Bizantium di Sicilia. Lagi-lagi, upaya itu belum membuahkan hasil.
Sejak Kekhalifahan Umayyah menguasai Afrika pada awal abad ke-8 M, pasukan tentara Islam sempat berkali-kali mencoba menaklukkan kekuasaan Bizantium di Sicilia. Ekspedisi itu terjadi secara berturut-turut pada 703, 728, 729, 730, 731, 733, dan 734 M.
Secara resmi, Kota Palermo-Ibu Kota Sicilia-ditaklukkan umat Islam pada 831 M. Sedangkan, Messina dikuasai pasukan Muslim, 12 tahun berikutnya. Sejak wilayah Enna berhasil direbut dari Bizantium pada 859 M, Provinsi Sicilia sepenuhnya berada dalam genggaman umat Islam.
Di bawah kekuasaan umat Islam, Sicilia menjadi provinsi yang multietnis. Beragam suku dan etnis, seperti orang Sicilia, Arab, Yahudi, Barbar, Persia, Tartar, Negro berbaur dalam toleransi dan keharmonisan. Tak ada pembantaian terhadap penduduk yang beragama Nasrani.
Penduduk Sicilia yang beragama Nasrani dilindungi dan dihormati kebebasannya dalam menjalankan aktivitas peribadatan. Penguasa Muslim hanya membebankan pajak kepada penganut agama Nasrani. Hak milik dan usaha mereka dilindungi penguasa Muslim.
Pun demikian terhadap warga Yahudi yang berada di kawasan kota pantai. Penguasa Muslim menghormati hak hidup dan melindungi kebebasan umat beragama lain dalam menjalankan ibadah.