REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut turun tangan dalam menangani kasus meninggalnya seorang balita setelah melakukan imunisasi. Penyebab meninggalnya bayi tersebut masih terus didalami dan dilaporkan ke Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Pasca-Imunisasi (Komnas PP KIPI) Provinsi Jawa Barat (Jabar).
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman mengaku baru mendapatkan informasi meninggalnya seorang balita setelah diberikan vaksin MR. Pemkab akan mendalami kasus itu dan mencari tahu penyebab meninggalnya balita tersebut.
"Terkait adanya dugaan meninggal akibat vaksim MR, kita masih tunggu hasil lab dan penjelesan lengkap dari dinas terkait. Tapi itu sudah dilaporkan juga ke Komnas PP KIPI," kata dia, Selasa (22/10).
Ia menjelaskan, imunisasi vaksin MR merupakan program pemerintah secara nasional. Imuniasasi diberikan kepada balita untuk mencegah terjadinya penyakit yang timbul akibat virus campak dan rubella, yang notabene virus berbahaya.
Imunisasi biasa diberikan melalui puskesmas kepada masyarakat secara gratis. Menurut dia, anak yang sudah mendapatkan imuniasi vaksin MR memiliki kekebalan terhadap penyakit yang lebih tinggi, juga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Helmi menyebut, kejadian meninggalnya balita setelah melakukan imunisasi ini baru kali pertama terjadi di Kabupaten Garut. Namun, ia tak mau menyimpulkan penyebab meninggalnya balita itu akibat vaksin MR.
"Itu banyak faktor. Kalau ada reaksi setelah imunisasi itu anak panas masih wajar. Tapi kasus ini akan kita dalami," kata dia.
Adanya kejadian itu, lanjut dia, diharapkan tak membuat warga takut untuk melakukan imuniasai. Pemerintah juga tak akan serta merta menghentikan program imunisasi.
"Itu kan program pemerintah, jadi jangan takut. Pemerintah sudah sangat mempehitungkan, karena imunisasi juga penting dilakukan," ujar dia.
Sebelumnya, balita berinisial AZ (2 tahun) dilaporkan meninggal dunia usai menjalani imunisasi vaksin MR pada Minggu (20/10). Ibu korban, Sugiatmi (37) menduga meninggalnya anaknya memiliki keterkaitan dengan imunisasi yang dilakukan di Puskesmas Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Selasa (15/10).
Tiga hari setelah imunisasi, lanjut dia, anaknya masih terlihat sehat. Baru pada hari Jumat (18/10), anaknya mulai alami gejala lemas.
"Biasa kan sama saya ikut naik motor jemput kakaknya sekolah, tapi dari Jumat dan Sabtu itu ngantuk terus. Padahal kan sebelumnya senang kalau diajak pergi," kata dia.
Sabtu siang, anaknya mengalami demam. Sugiatmi langsung memberi obat penurun panas. Namun hingga malam hari panas tubuh anaknya tak kunjung menurun. Puncaknya, pada Ahad dini hari, anaknya itu mengalami kejang-kejang.
"Saya sama suami panik dan membawa ke Klinik Baiturahman. Di sana langsung ditangani di IGD dan dikasih oksigen sama infus," kata dia.
Ia menambahkan, saat dirawat anaknya sempat dua kali muntah. Suhu badannya juga sempat turun. Namun sekitar pukul 08.00 WIB, nyawa anaknya tak bisa tertolong.
Menurut dia, sejak bayi anaknya rutin menjalani imunisasi di Puskesmas Haurpanggung. Selama imunisasi, tidak pernah ada keluhan sakit. Namun ketika meninggal, ia menyebut ada memar di kaki dan leher anaknya.
Ia mengaku tak mau menyalahkan pihak tertentu akibat meninggalnya anaknya itu. Namun, sebagai orang tua ia hanya ingin mengetahui penyebab meninggal anaknya dengan jelas. "Saya ingin tahu penyebabnya saja," kata dia.