Rabu 23 Oct 2019 14:05 WIB

Menhan AS Kunjungi Irak

Menhan AS akan membahas pasukan AS yang baru saja tiba di Irak.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Pasukan Turki memasuki wilayah Manbij, Suriah, Ahad (14/10). Manbij merupakan wilayah Kurdi yang ditinggalkan oleh Pasukan AS.
Foto: Ugur Can/DHA via AP
Pasukan Turki memasuki wilayah Manbij, Suriah, Ahad (14/10). Manbij merupakan wilayah Kurdi yang ditinggalkan oleh Pasukan AS.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper mengunjungi Irak, Rabu (23/10). Dia dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi.

Dalam pertemuan itu, Esper akan membahas tentang pasukan AS yang baru saja tiba di Irak setelah meninggalkan Suriah. Esper diperkirakan akan menghadapi pertanyaan tentang peran dan berapa lama pasukan AS akan berada di negara tersebut.

Baca Juga

“Prioritas utama kami dengan Irak adalah mendorong Irak yang aman, stabil, dan mandiri,” kata seorang pejabat senior pertahanan AS.

Pada Selasa lalu, Esper mengatakan kehadiran pasukan AS di Irak adalah membantu memerangi ISIS. Namun, pasukan itu nantinya akan dipulangkan ke AS. Dia tak memberitahu kapan penarikan pasukan tersebut dilakukan.

Awal Oktober lalu, Presiden AS Donald Trump memutuskan menarik semua pasukan AS di Suriah yang berjumlah 1.000 personel. Hal itu dilakukan saat Turki hendak menggelar operasi militer di Suriah dalam rangka memerangi pasukan Kurdi.

photo
Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Mark Esper, 4 Agustus 2019.

Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi mengkritik keputusan Trump. Mereka menganggap langkah itu sebagai pengkhianatan. Sebab selama ini SDF telah menjadi sekutu utama Washington dalam memerangi ISIS di Suriah.

Sementara, SDF adalah target yang dibidik Turki dalam operasi militernya. Namun, pekan lalu AS dan Turki telah mencapai kesepakatan memberikan waktu kepada SDF untuk mengosongkan wilayah perbatasan Turki-Suriah.

Pada Selasa malam, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo memberitahu Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu bahwa pasukan Kurdi telah mundur dari wilayah perbatasan. Pejabat militer AS juga telah menginformasikan hal itu pada militer Turki.

Terkait hal itu, Turki pun mengatakan tak akan melanjutkan operasi militernya di Suriah. "Pada tahap ini tidak perlu melakukan operasi baru," kata Kementerian Pertahanan Turki dalam sebuah pernyataan pada Rabu.

Turki memandang SDF terafiliasi dengan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG). Ankara telah melabeli YPG sebagai kelompok teroris karena melancarkan pemberontakan terhadapnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement