REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin menginformasikan hasil pembicaraannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Sochi pada Presiden Suriah Bashar al-Assad. Hal itu terkait operasi militer Turki di Suriah.
“Atas inisiatif Rusia, Vladimir Putin melakukan panggilan telepon dengan Presiden Republik Arab Suriah Bashar al-Assad. Presiden Rusia memberitahu rekannya (Assad) tentang hasil pertemuan dengan Erdogan yang berlangsung selama lebih dari enam jam. Dia juga mendaftar poin-poin utama dari nota kesepahaman yang disetujui,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Selasa (22/10), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Menurut Peskov, dalam percakapan telepon itu, Putin menekankan kepada Assad tujuan utama pembicaraannya dengan Erdogan adalah memulihkan integritas wilayah Suriah serta melanjutkan pekerjaan terkait dengan Komite Institusi Suriah. Peskov mengatakan Assad mendukung keputusan yang diambil pada hasil pembicaraan.
“Presiden Assad berterima kasih kepada Vladimir Putin, menyatakan dukungan penuhnya untuk hasil pekerjaan serta menyatakan bahwa dia siap mengirim penjaga perbatasan Suriah ke perbatasan (Suriah-Turki) bersama dengan polisi militer Rusia,” ujar Peskov.
Erdogan memuji kesepakatan yang dicapainya dengan Putin. Menurutnya, itu menjadi perjanjian bersejarah. "Menurut perjanjian ini, Turki dan Rusia tidak akan mengizinkan agenda separatis apa pun di wilayah Suriah," ujar Erdogan.
Menurut dia, Turki dan Rusia juga akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan terhadap infiltrasi teroris. Kedua belah pihak akan menciptakan mekanisme bersama guna mengoordinasikan kesepakatan yang telah tercapai.
Rusia diketahui merupakan sekutu utama Bashar al-Assad. Sebelum bertemu Erdogan, Putin telah mengutarakan keprihatinan atas operasi militer Turki di Suriah.
Dalam sebuah percakapan telepon pekan lalu, Putin menekankan pada Erdogan tentang pentingnya menghindari konfrontasi militer dengan pasukan Suriah. Pada kesempatan itu Putin mengundang Erdogan untuk berkunjung ke negaranya.
Turki memulai operasi militernya di Suriah pada 9 Oktober lalu. Mereka membidik Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) yang menguasai wilayah perbatasan Turki-Suriah. Ankara telah melabeli YPG sebagai kelompok teroris karena melancarkan pemberontakan terhadapnya.
Assad sempat mengecam operasi militer tersebut. Dia menilai hal itu merupakan upaya Turki menduduki wilayah Suriah. "Erdogan adalah pencuri dan sekarang merampas tanah kami," ujar Assad.
Menurut kelompok Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), sejak memulai operasi militernya di Suriah pada 9 Oktober lalu, sebanyak 300 ribu orang telah mengungsi. Operasi Ankara pun diklaim telah menewaskan 120 warga sipil.