REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajer tim nasional (timnas) Squash Indonesia, Nuryanto menyatakan, pihaknya belum mendapatkan dana bantuan dari pemerintah jelang SEA Games 2019. Ia menyampaikan, segala pembiayaan masih ditanggung pribadi oleh atlet dan pelatih.
"Sampai hari ini baik atlet maupun pelatih semuanya menunggu untuk pencairan tahap kedua yang masih kami nantikan. Hari ini sudah dua bulan atlet dan pelatih belum menerima uang saku," kata Nuryanto saat ditemui di Lapangan Squash Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Rabu (23/10).
Anggaran dana yang seharusnya cair tersebut, kata Nuryanto, dialokasikan untuk menggaji pelatih, akomodasi atlet, dan operasional seluruh pihak yang terlibat dalam timnas squash Indonesia.
Di satu sisi, Nuryanto menyatakan timnas squash Indonesia memasang target satu emas dan empat perunggu dalam ajang SEA Games 2019 di Filipina, November-Desember mendatang. "Target kami dari awal adalah satu emas dan empat perunggu. Satu emas itu dari (nomor) doubles jumbo putra," ujarnya.
Hal senada disampaikan atlet Squash Indonesia, Agung Wilant. Peraih medali perak SEA Games 2017 itu mengungkapkan, terhambatnya pencairan dana berpengaruh pada motivasi para atlet.
Sebab, pelatih menerapkan target yang lebih tinggi dibanding edisi SEA Games sebelumnya. "Selama ini iya (pakai uang pribadi). Tapi kami ingin membuktikan, kami bisa meski di bawah keterbatasan," ujar Agung.
Selain persoalan dana, Agung juga menyampaikan keluh kesahnya terkait fasilitas squash yang belum memadai. Turun sebagai atlet nomor jumbo doubles, ia membutuhkan lapangan squash yang lebih besar. Sebab, arena di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan hanya tersedia untuk squash nomor individual.