REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pasukan Afghanistan mengklaim berhasil merebut benteng strategis kelompok Taliban di distrik Dand-e-Ghori, Provinsi Baghlan, Rabu (23/10). Sejumlah milisi Taliban terbunuh dalam operasi perebutan tersebut.
Kementerian Pertahanan Afghanistan mengatakan, selain membunuh sejumlah milisi, lebih dari 70 anggota Taliban juga berhasil ditangkap. Pasukan Afghanistan turut menyita senjata dan amunisi dalam jumlah besar.
"Kementerian Pertahanan berterima kasih kepada orang-orang Baghlan atas kerja sama mereka dalam operasi ini. Operasi ini akan berlanjut sampai seluruh provinsi benar-benar bersih dari para teroris," kata Kementerian Pertahanan Afghanistan dalam sebuah pernyataan, dikutip Anadolu Agency.
Bulan lalu, hampir 200 orang, sebagian besar anggota Taliban, pasukan keamanan, dan warga sipil, tewas di Provinsi Baghlan dan Kunduz. Kedua daerah itu memang dianggap rawan dan bergolak di Afghanistan.
Pada Selasa lalu, Taliban menyerang pos pemeriksaan di distrik Ali Abad, Kunduz. Sedikitnya 15 personel polisi tewas dalam serangan tersebut.
Dilaporkan laman Aljazirah, anggota Dewan Provinsi Kunduz Rabani Rabani mengungkapkan, serangan terhadap pos pemeriksaan di wilayahnya sebenarnya telah berlangsung sejak Senin malam. Namun, baku tembak antara milisi Taliban dan personel kepolisian berlangsung selama berjam-jam.
Kunduz adalah persimpangan strategis dengan akses mudah ke banyak bagian utara Afghanistan serta ibu kota negara, Kabul. Pada 2015, Kunduz sempat dikuasai oleh Taliban. Namun, mereka mundur setelah pasukan Afghanistan yang didukung NATO melancarkan serangan ke sana.
Setahun kemudian, Taliban sempat kembali ke Kunduz dan berhasil menguasai kembali wilayah itu. Namun, serangan berangsur yang dilakukan pasukan Afghanistan membuat mereka terusir lagi dari sana.
Saat ini, Taliban masih menguasai dan mengendalikan hampir separuh dari wilayah Afghanistan. Mereka tak berhenti melancarkan serangan yang menargetkan pasukan keamanan negara tersebut. Namun, serangan-serangan Taliban juga sering menyebabkan jatuhnya korban sipil, baik tewas maupun luka.
Perundingan damai antara Taliban dan Amerika Serikat (AS) selaku sekutu utama Afghanistan belum berlanjut. Presiden AS Donald Trump memutuskan menghentikan pembicaraan dengan Taliban pada September lalu. Langkah itu diambil setelah Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan bom di Kabul yang menewaskan sekitar 12 orang, satu di antaranya personel militer AS.
Namun, Washington telah menyatakan masih berkomitmen melanjutkan negosiasi. AS mengatakan stabilitas dan perdamaian Afghanistan masih menjadi prioritas mereka.