REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure Rp 211,8 miliar untuk 2020. Anggaran tersebut naik cukup signifikan dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar Rp 138,7 miliar.
"Ini konsekuensi untuk menyelenggarakan pasar yang wajar teratur dan efisien. Sehingga, perlu adanya investasi terus," ujar Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, Kamis (24/10).
Menurut Inarno, dana belanja modal itu akan dialokasikan diantaranya untuk bidang perdagangan dan pengawasan, perkantoran dan bisnis. Dia merinci, untuk perdagangan dan pengawasan akan mengalokasikan dana 50,3 persen dari total anggaran atau sebesar Rp 106,6 miliar.
Salah satunya untuk pengembangan replika Jakarta Automatic Trading System (JATS) sebesar Rp 25,8 miliar. Ini merupakan inovasi digital Anggota Bursa untuk perluasan bisnis. Dengan inovasi ini, uji coba trading dapat dilakukan di hari kerja sehingga lebih efektif dan efisien.
Selain itu, untuk perkantoran dianggarkan sebesar Rp 68,9 miliar atau 32,5 persen dari total anggaran. Sedangkan sisanya untuk pengembangan bisnis.
Sementara itu, BEI memproyeksikan total pendapatan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 1,18 triliun atau meningkat 1,71 persen dibandingkan total Pendapatan 2019 senilai Rp 1,16 triliun.
Proyeksi atas Biaya Usaha BEI untuk tahun 2020 adalah sebesar Rp 1,02 triliun sehingga Laba Sebelum Pajak menjadi Rp 160,54 miliar. Setelah dikurangi Estimasi Beban Pajak sebesar Rp 59,19 miliar maka perkiraan perolehan Laba Bersih BEI di tahun 2020 adalah sebesar Rp 101,36 miliar.
Sedangkan, total aset BEI pada 2020 diproyeksikan sebesar Rp 3 triliun atau naik 17,30 persen. Adapun Saldo Akhir Kas dan Setara Kas (termasuk investasi jangka pendek) di 2020 diproyeksikan mencapai Rp 1,34 triliun.