REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat, setiap tahun hanya memiliki stok 20 vial serum antibisa untuk korban gigitan ular. Serum itu disimpan di gudang farmasi milik Pemkab Cianjur.
Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Cianjur, Rostiani Dewi kepada wartawan, Kamis mengatakan jika puskesmas atau rumah sakit membutuhkan serum antibisa untuk penanganan korban gigitan ular berbisa, mereka dapat menambil di gudang farmasi. Menurutnya, rumah sakit juga dapat melakukan pengadaan sendiri.
"Ketika di dinas tidak ada, maka bisa mengambil stok yang disediakan tersebut," katanya.
Stok yang tersedia tidak banyak karena jumlah permintaan serum antibisa setiap tahunnya sedikit dari setiap pelayanan kesehatan. Serum yang ada hanya untuk gigitan dari beberapa jenis ular berbisa.
"Contohnya seperti untuk ular welang, sedangkan untuk jenis ular lainnya belum ada karena memang belum banyak jenis serum antibisa yang tersedia," katanya.
Pemerhati ular, Muhammad Panji mengaku sempat kesulitan mendapatkan serum antibisa saat menolong temannya yang terkena gigitan ular berbisa di Cianjur. Dia harus meminta bantuan temannya di Bandung untuk mencarikan serum antibisa ular cobra.
"Tahun lalu saya membantu teman yang terkena gigitan ular, di rumah sakit tidak ada, di apotek juga sama. Dapat di Bandung dengan harga mahal " kata pria yang juga dikenal dengan nama Panji Petualang.
Selain ketersediaan serum yang minim dan sulit ditemukan, Panji menyayangkan penanganan medis yang dinilai tidak tepat. Petugas medis malah memberikan obat tetanus dan obat mual pada korban gigitan ular.
"Kami berharap Pemkab Cianjur menyediakan lebih banyak serum antibisa di setiap pelayanan Kesehatan karena kemungkinan kasus gigitan ular banyak terjadi dengan kondisi geografis Cianjur yang merupakan habitat untuk berbagai jenis ular berbisa," katanya.