REPUBLIKA.CO.ID, *Agus Sopian
Jalan kehidupan yang selalu berubah, berganti dari satu situasi kepada situasi yang lain, ber bolak-balik, bertukar-tukar. Kadang di atas, kadang di bawah. Kadang maju, kadang mundur. Namun, satu hal yang seharusnya tidak pernah berubah pada kita, yaitu hati yang selalu tenang, damai, dan tetap teguh dalam kebenaran.
Hanya orang beriman yang Allah anugerahkan ketenangan dalam hatinya. Allah SWT berfirman, "Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana." (QS al-Fath: 4).
Kesulitan dan permasalahan hidup terkadang membuat hati gelisah, cemas, dan jauh dari ketenangan. Apalagi, jika hati kita telah dihinggapi iri, dengki, hasud, ujub, takabur, dan penyakit hati lainnya.
Padahal, jika hati dalam kondisi tenang, lisan dan ang gota badan pun akan tenang. Tindakan akan tetap pada jalur yang di benarkan dan jauh dari sikap membahayakan. Kata-kata akan tetap hikmah dan tidak keluar dari kesantunan, sesulit dan separah apa pun situasi yang sedang kita hadapi.
Sedikitnya ada lima hal yang mesti dilakukan. Pertama, berdoa dengan penuh keimanan dan ke sungguhan. Memohon kepada Allah SWT agar menganugerahkan kebersihan dan ketenangan hati. "Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman." (QS at-Taubah: 26).
Kedua, bersihkan hati dari rasa dendam dan dengki. Sepatutnya kita berdoa dan ber usaha semaksimal mungkin agar ter hindar dari keduanya (QS al-Hasyr:10).
Ketiga, berprasangka baik. Ini merupakan faktor paling utama yang akan mengantarkan kita kepada ke bahagiaan. "Hai orang-orang yang beriman, jauhi lah kebanyakan prasangka (kecuriga an), karena sebagian dari prasangka itu dosa." (QS al- Hujurat: 12).
Keempat, kesabaran dan ketabahan. Hal tersebut mampu melumatkan penderitaan dan kesusahan. "Maka hanya bersabar itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (QS Yusuf: 18).
Kelima, pemberian maaf dan toleransi (QS asy-Syuura:43). Al-Mawardi mengungkapkan, "Di antara hak sesama Muslim adalah dimaafkan kesalahannya dan ditutup kekurangannya. Karena barang siapa memaafkan dan menutupi kekurangan saudaranya, niscaya dia akan dihindarkan dari kefakiran dan dijauhkan dari kebodohan."