Jumat 25 Oct 2019 02:50 WIB

Pentas Kolosal Buka Festival Ulun Danu Beratan Bali 2019

Pentas Wayang Emas Majapahit dan Topeng Gajah Mada menyedot perhatian luas.

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti saat membuka Festival Ulun Danu Beratan ke lima tahun 2019 di DTW Ulun Danu, Kabupaten Tabanan, Bali, Kamis (24/10).
Foto: Dok. Dtw
Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti saat membuka Festival Ulun Danu Beratan ke lima tahun 2019 di DTW Ulun Danu, Kabupaten Tabanan, Bali, Kamis (24/10).

REPUBLIKA.CO.ID,BALI -- Festival Ulun Danu Beratan kelima Tahun 2019 resmi dibuka, ada hal yang istimewa dengan dibukanya festival Ulun Danu tersebut. Keistimewaan tersebut adalah pementasan Wayang Emas Majapahit dan Topeng Gajah Mada yang disebut-sebut sebagai ajang pementasan pertama di Dunia.

 

Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti yang secara resmi membuka acara tersebut mengungkapkan, pentas kolosal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menebar vibrasi perdamaian Nusantara untuk kerahayuan bumi.

 

“Pementasan ini dijadikan sebagai bentuk kepedulian terhadap tanah air dan leluhur kita, maka kita hadirkan sesuatu yang sakral khususnya Majapahit yang dahulu pernah mensejahterakan Indonesia, mudah-mudahan saja bisa memberikan makna luar biasa khususnya bagi masyarakat Tabanan Bali dan Juga Indonesia," ujar Bupati Eka pada saat menyampaikan sambutannya. Kamis (24/10).

 

Ni Putu Eka Wiryastuti menambahkan pementasan sengaja di adakan di DTW Ulun Danu Beratan. Itu karena Ulun Danu diyakini sebagai cakra buana atau inti bumi.

 

“tarian ini tidak boleh di tarikan sembarangan, akan tetapi karena ini adalah kawasan pura dan disamping itu kita mengharapkan vibrasi yang baik, jadi kita bersyukur bisa diijinkan," ujarnya.

 

Pada acara pembukaan festival tersebut, turut dihadiri Tenaga Ahli Bidang Pemasaran dan Kerjasama Kementerian Pariwisata I Gede Pitana, Anggota DPR RI I Made Urip, perwakilan Gubernur Bali Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan, Ketua DPRD Provinsi Bali I Nyoman Adi Wiryatama, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya dan jajaran OPD lainnya.  

 

Manajer Daya Tarik Wisata (DTW) Ulun Danu Beratan I Wayan Mustika mengungkapkan, tema yang digunakan pada festival tersebut adalah Tri Semaya, Atita, Nagata, Wartamana yang memiliki arti membangun keharmonisan masa lalu, masa kini dan masa depan. 

 

Pementasan Wayang Emas Majapahit dan Topeng Gajah Mada merupakan hasil kerjasama antara DTW Ulun Danu dengan Griya Peling yang berada di Banjar Padangtegal Kaja, Desa Pakraman Padangtegal, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar.

 

Menurut dia, selain disajikan kolosal, Wayang Emas dan Topeng Gajah Mada kental dengan nuansa sakral. Keduanya kini menjadi artefak dari masa pemerintahan Majapahit (1293-1478). Disimpan di Griya Peling, Wayang Emas memang memiliki kekuatan mistis.

 

Pemiliknya yang masih punya darah Majapahit dari Gowa, Sulawesi Selatan, diberi wangsit untuk menyerahkan Wayang Emas itu kepada Semeton Griya Peling.  Saat itu ada 25 Wayang Emas milik Kerajaan Majapahit yang diserahkan. Setahun berikutnya, keturunan Majapahit dari Gowa itu datang lagi dengan membawa 15 Wayang Emas. Hingga sampai pada 2013, jumlah Wayang Emas warisan Majapahit yang terkumpul di Griya Peling menjadi 100 buah.

 

“DTW Ulun Danu melalui Festival Ulun Danu kelima ini menjadi hal yang spesial karena mendapat kesempatan untuk mementaskan tarian kolosal tersebut  dengan tujuan untuk membangun keseimbangan alam dan manusia dengan konsep skala niskala sehingga bisa membangkitkan masa persatuan dan perdamaian dengan kebesaran majapahit dan sumpah palapa gajah mada," tandas Mustika.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement