REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Kericuhan yang terjadi antarsuporter saat pertandingan sepak bola masih menjadi momok di Indonesia. Terlebih, baru-baru ini juga terjadi di Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, saat pertandingan PSIM Yogyakarta kontra Persis Solo.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga DI Yogyakarta, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, perlu adanya edukasi terhadap para fan atau suporter. Hal ini harus dilakukan secara berkelanjutan.
Sehingga, sepak bola tidak bisa dihentikan penyelenggaraannya di Yogyakarta hanya karena kericuhan tersebut.
"Kami tidak mungkin melakukan edukasi, terus kemudian kami hentikan. Biar saja tetap jalan, tapi antisipasi kami lakukan. Dalam jangka panjang kami lakukan edukasi terhadap penonton," kata Baskara, Kamis (24/10).
Baskara mengatakan, dengan menghentikan sepak bola belum tentu dapat menghentikan kericuhan. Namun belum tentu akan meminimalisasi kerusakan yang mungkin terjadi. "Yang penting mengedukasi penonton. Jadi kalau hanya mengantisipasi yang rusak sebenarnya itu tidak menjamin nanti setiap saat bisa terjadi kembali," jelasnya.
Untuk itu, perlu kerja sama dan dorongan dari semua pihak dalam melakukan edukasi ini. Terlebih, kericuhan beberapa waktu lalu tersebut melibatkan pelajar. Sehingga diperlukan juga adanya edukasi di sekolah.
"Sekarang bagaimana bersama-sama para koordinator penonton, pemkot, pemkab, pemprov nanti bersama mengedukasi penonton. Edukasi harus selalu diberikan dalam rangka pendidikan karakter di sekolah," kata Baskara.
Dalam kericuhan tersebut, ada dua mobil patroli kepolisian yang dirusak oleh oknum suporter. Termasuk beberapa sepeda motor dan fasilitas umum. "Biasa sepak bola ada kejadian. Kalau yang rusak nanti didandani (diperbaiki) bersama teman-teman. Yang penting diperbaiki saja, jadi tidak ada masalah," kata Baskara.