REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi bulanan pada Oktober 2019 akan sebesar 0,08 persen (month to month) dipicu kenaikan harga daging ayam ras, bawang merah, dan rokok kretek filter. Jika perkiraan Bank Sentral tepat, maka inflasi tahunan untuk Oktober 2019 menjadi sebesar 3,19 persen (year on year/yoy).
Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (25/10), menilai perkembangan inflasi hingga saat ini menunjukkan harga-harga barang semakin terkendali. Bank Sentral meyakini sasaran inflasi mereka pada tahun ini di 2,5-4,5 persen akan tercapai, bahkan berada di rentang bagian bawah sasaran inflasi atau 2,5-3,5 persen.
Inflasi yang terkendali ini juga, ujar Perry, yang membuat Otoritas Moneter berani memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse RepoRatesebanyak empat kali secara beruntun dengan akumulasi sebesar satu persen menjadi lima persen.
"Dari pemantauan sampai dengan Oktober 2019 itu, harga-harga terkendali dan ini juga konfirmasi perkiraan Bank Indonesia akhir tahun ini inflasi insya Allah di bawah titik tengah sasaran 3,5 persen," ujar Perry.
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) BI di pekan keempat Oktober 2019 ini, harga daging ayam ras tercatat inflasi sebesar 0,06 persen, bawang merah inflasi 0,02 persen, dan rokok kretek filter inflasi 0,02 persen.
Sementara, harga barang-barang lainnya menurun sehingga tercatat deflasi. Cabai merah tercatat deflasi sebesar 0,06 persen, telur ayam ras deflasi 0,04 persen, cabai rawit 0,03 persen, dan tarif angkutan udara deflasi 0,02 persen.
"Alhamdulillah harga-harga terus terkendali. Ini bukti dari komitmen pemerintah dan Bank Indonesia, dan kita semua, agar harga tetap stabil agar daya beli masyarakat tetap terjaga, dan mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi," ujar dia.