Jumat 25 Oct 2019 18:52 WIB

Wamenkeu Baru Langsung Hadapi Tantangan Pelebaran Defisit

Menurutnya pelebaran defisit disebabkan oleh penerimaan negara yang lebih rendah

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Calon Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara melambaikan tangan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Calon Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara melambaikan tangan usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (25/10/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Keuangan yang baru saja dilantik pada Jumat (25/10) siang, Suahasil Nazara, langsung dihadapkan pada tantangan pelebaran defisit anggaran yang melebar pada 2019 ini. Suahasil menyampaikan, pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun ini berkisar di angka 2-2,2 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Iya antara 2 sampai 2,2 (persen)," ujar Suahasil singkat setelah dilantik di Istana Negara, Jumat (25/10) siang.

Baca Juga

Meski begitu Suahasil enggan menjelaskan lebih jauh mengenai aksi dan solusi yang ditawarkan Kemenkeu dalam menghadapi pelebaran defisit anggaran ini. Yang pasti, ujarnya, Kemenkeu sudah mengantisipasinya.

Dalam kesempatan berbeda, Direktur Jendral Pengelolaan, Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Luky Alfirman mengatakan pelebaran defisit disebabkan kondisi ketidakpastian global yang turut menekan perekonomian dalam negeri.

“Defisit bisa saja melebar kisaran  2 persen-2,2 persen terhadap PDB full year hingga akhir tahun ini. Sifatnya masih kisaran karena ketidakpastiaan masih cukup tinggi,” ujarnya saat konferensi pers di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (25/10).

Menurutnya pelebaran defisit juga disebabkan oleh penerimaan negara yang lebih rendah dibandingkan belanja negara. Apalagi proyeksi defisit lebih tinggi dibandingkan proyeksi outlook terakhir sebesar 1,93 persen terhadap PDB.

“Defisit outlook hingga akhir tahun 1,93 persen,” ucapnya.

Berdasarkan data terakhir Kemenkeu, defisit per akhir Agustus 2019 sebesar 1,24 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan defisit APBN 2018 pada periode sama sebesar 1,02 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement