REPUBLIKA.CO.ID, Hari Jumat merupakan hari raya yang berulang. Dalam buku berjudul "Rahasia & Keutamaan Hari Jumat" karya Komarudin Ibnu Mikam disebutkan, bahwa Kaum Muslimin merayakan dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Padahal, setiap pekannya ada hari raya yang selayaknya diperlakukan secara khusus, yakni hari Jumat.
Karena itulah, pada Jumat tidak diperbolehkan berpuasa khusus, tanpa didahului puasa sebelum maupun sesudahnya. Selain agar berbeda dengan Yahudi, juga agar tubuh merasa kuat untuk melaksanakan ibadah pada hari Jumat, seperti shalat dan amalan doa lainnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya hari Jumat adalah 'ied (hari raya), maka jangan jadikan hari raya kalian untuk berpuasa kecuali bila kalian puasa sebelum dan sesudahnya". (HR Ahmad).
Dengan demikian, berbagai peristiwa besar dalam Islam itu seyogianya hari Jumat dijadikan sebagai perhatian untuk bermuhasabah dalam kesibukan sehari-hari.
Dalam hal ini, manusia merenungkan tujuan diciptakannya dirinya dan bagaimana menggapai kehidupan yang berakhir dengan khusnul khotimah.
Selain itu, dari setiap Jumat ke Jumat selanjutnya semestinya dijadikan sebagai miniatur siklus kehidupan untuk menetapkan rencana dan bertekad untuk menjalani kehidupan yang barakah agar aktivitas sepekan berakhir pada Jumat selanjutnya dengan baik.
"Jadikan hari Jumat sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah," kata Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah di Depok, Jawa Barat, KH Hamdan Rasyid, kepada Republika.co.id di Jakarta, Jumat (27/10).