Sabtu 26 Oct 2019 00:11 WIB

ACT Kirim Bantuan Pangan untuk Penyintas Rohingya

ACT bermitra dengan Bamuis BNI dan Kitabisa dalam menyalurkan 11 ton bahan makanan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Didi Purwadi
Pegungsi Rohingya refugees,  berjalan memasuki wilayah Bangladesh menuju kamp pengungsi di  Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, (19/10/2017).
Foto: Jorge Silva/Reuters
Pegungsi Rohingya refugees, berjalan memasuki wilayah Bangladesh menuju kamp pengungsi di Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, (19/10/2017).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bantuan Paket Pangan kembali diantarkan Aksi Cepat Tanggap (ACT) kepada sejumlah penyintas konflik Rohingya. Bantuan ini disalurkan ke sejumlah desa di Buthidaung, Rakhine, Myanmar, Sabtu (19/10) dan Ahad (20/10).

Bermitra dengan Baitul Mal Umat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) dan Kitabisa, sebanyak 11 ton bahan makanan diterima oleh 200 kepala keluarga. Bantuan yang terdiri dari bahan makanan pokok, seperti beras, minyak goreng, dan sejumlah makanan ringan itu dibagikan kepada masyarakat Desa Mawstawbiz dan pengungsi yang menempati sekolah di Nyaung Chaung, Buthidaung.

''Di Buthidaung, para pengungsi internal ini tinggal di sekolah-sekolah dengan hanya beralaskan terpal,” ujar tim Global Humanity Response (GHR) - ACT, Sucita Ramadinda dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Jumat (25/10).

Sucita menyebutkan, bantuan ini merupakan wujud konsistensi kepedulian dermawan dalam meredam konflik kemanusiaan yang dialami Rohingya.

“Kami berikhtiar untuk terus menghadirkan bantuan pangan bagi para pengungsi internal Rohingya di Myanmar, khususnya di Arakan,'' katanya. ''Mereka adalah keluarga-keluarga yang terpaksa mengungsi di Buthidaung karena konflik militer.''

Selain bertujuan untuk pertempuran, pasukan Arakan juga kerap menembaki rumah-rumah warga Rohingya dan menjarah emas dan uang penduduk. Kantor Koordinasi Urusan kemanusiaan PBB melaporkan, orang-orang Rohingya menghadapi diskriminasi yang sistematis, tidak memiliki kewarganegaraan, dan menjadi target kekerasan di Rakhine, Myanmar.

Persekusi membuat orang-orang Rohingya berduyun-duyun menuju Bangladesh. Kini, jumlah pengungsi Rohingnya hampir menyentuh satu juta jiwa. Lebih dari 200 ribu rumah tangga atau setara lebih dari 901 ribu jiwa Rohingya terdaftar menjadi pengungsi.

Data itu dimutakhirkan PBB dan pemerintah Bangladesh pada medio Juni 2019. Jumlah tersebut kian bertambah jika dibandingkan jumlah orang Rohingya yang bereksodus dari Rakhine ke Bangladesh dua tahun lalu.

Sementara, pada Agustus 2017 lalu, lebih dari 700 ribu mayoritas muslim Rohingya eksodus dari Rakhine ke Cox’s Bazar. Jumlah itu menambah sekitar 200 ribu orang Rohingya yang sudah berada di sana.

Eksodus muslim Rohingya terjadi setelah militer Myanmar melakukan kekerasan dan penyerangan ke sejumlah permukiman Rohingya di Rakhine. PBB menyebut aksi itu dengan “dugaan genosida” dan “pembersihan etnis”.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement