REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengungkap adanya pihak yang meragukannya maju menjadi Wakil Presiden. Usianya yang sudah masuk 76 tahun menjadi salah satu keraguan pihak lain.
Ma'ruf mengaku memang tidak pernah bercita-cita menjadi Wakil Presiden.
"Memang dulu ada yang mengatakan Kiai Ma'ruf itu sudah tua, masih mau jadi Wapres, saya bilang sebenarnya saya ini tidak ada cita-cita untuk menjadi Wapres. Saya memang maunya jadi Kiai, disuruhnya jadi kiai," ujar Ma'ruf saat menghadiri silaturahmi dan tasyakuran pelantikan sebagai Wapres di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Jumat (25/10).
Sebelum ada tawaran Wapres, ia adalah Rais Aam di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan juga Ketua Umum Majelis Ulama indonesia (MUI). Namun, kata Ma'ruf, takdir Tuhan lah yang justru membuatnya kemudian menjadi Wakil Presiden.
Yaitu setelah Presiden Jokowi mengajaknya sebagai calon Wakil Presiden. "Tapi rupanya garis tangan. Pak Jokowi mengajak saya untuk jadi Wapres dan ternyata jadi. Itu
garis tangan," ujar Ma'ruf.
Karena itu, Ma'ruf menilai menempati posisi tertentu, merupakan kehendak Tuhan. Ma'ruf juga hendak menjawab alasan ia bersedia maju menjadi Wakil Presiden di usia tak lagi muda.
Ma'ruf mengaku terinspirasi dari cerita orang tua yang tetap menanam pohon di usia lanjut. Ia mengatakan, banyak orang yang mempertanyakan orang tua itu tidak dapat menikmati hasil dari tanaman tersebut.
Lalu orang tua itu, kata Ma'ruf, menjawab bahwa ia ingin tanaman dinikmati oleh generasi keturunannya.
"Karena itu saya pun bertekad, kalau saya jadi Wapres, bisa membantu presiden, bisa mengantarkan Indonesia ini untuk menjadi Indonesia maju, itu adalah bukan untuk saya, tapi untuk generasi Indonesia yang akan datang," ujar Ma'ruf.
Meskipun, ia mengakui, bangsa Indonesia menghadapi tantangan yang besar, baik dari global maupun dalam negeri. "Kita berharap semua tantangan-tantangan ini bisa kita atasi, bisa kita lewati," ujarnya.