Sabtu 26 Oct 2019 08:13 WIB

Harga Emas Berjangka Terangkat Suramnya Data Ekonomi

Harga emas berjangka di AS terangkat akibat data konsumen tak sesuai prediksi awal

Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia ANTAM, Sarinah, Jakarta,Kamis (25/10).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menunjukan emas batangan di Butik Emas Logam Mulia ANTAM, Sarinah, Jakarta,Kamis (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange merangkak naik pada akhir perdagangan Jumat di Amerika Serikat (Sabtu pagi WIB). Kenaikan logam mulia didorong oleh data ekonomi Amerika Serikat yang suram.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember, naik 0,6 dolar AS atau 0,04 persen, menjadi ditutup pada 1.505,3 dolar AS per ounce. University of Michigan menyebut indeks sentimen konsumen Amerika Serikat direvisi turun menjadi 95,5 pada Oktober dari prediksi awal 96. 

Namun, greenback yang lebih kuat memperlemah beberapa permintaan safe haven untuk emas. Indeks dolar AS, yang mengukur dolar AS terhadap enam mata uang utama saingannya, naik 0,25 persen menjadi 97,87 pada pukul 17.30 GMT, sesaat sebelum penyelesaian transaksi emas.

Emas biasanya bergerak berlawanan arah dengan dolar AS, yang berarti jika dolar AS menguat maka emas berjangka akan turun. Alasannya emas yang dihargai dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi investor yang menggunakan mata uang lainnya.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 12,2 sen atau 0,69 persen menjadi ditutup pada 17,926 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 8,2 dolar AS atau 0,89 persen, menjadi menetap pada 933,3 dolar AS per ounce.

Harga emas mencapai tingkat tertinggi hampir dua minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat meningkatkan harapan untuk pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve.

Kontrak emas berjangka paling aktif untuk pengiriman Desember, naik sembilan dolar AS, atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 1.504,7 dolar AS per ounce di divisi COMEX New York Mercantile Exchange pada Kamis (24/10).

"Lonjakan (emas) yang kami dapatkan sekarang adalah karena kehilangan angka barang-barang tahan lama di AS," kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, seperti dikutip Reuters.

“Kami mengalami beberapa kegagalan dalam beberapa minggu terakhir pada angka-angka ini, baik itu penjualan eceran atau barang tahan lama, dan beberapa angka PMI. Secara keseluruhan, itu memberikan dukungan untuk penurunan suku bunga lagi dari The Fed sebelum akhir tahun."

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement