REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mengirim sekitar 300 polisi militer dan lebih dari 20 kendaraan lapis baja ke Suriah pada hari Jumat (25/10). Pasukan ini berada di bawah kesepakatan Rusia dengan jaminan Turki menghentikan serangan militer ke wilayah timur laut Suriah.
"Pengerahan pasukan dan perangkat keras kami serta pasukan dan perangkat keras penjaga perbatasan Suriah saat ini sedang berlangsung di zona yang digambarkan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Kedatangan polisi Rusia menandai pergeseran keseimbangan kekuatan regional kurang dari tiga pekan setelah pasukan militer Amerika Serikat (AS) mulai keluar dari Suriah timur laut. Ini juga menyoroti hubungan keamanan yang tumbuh antara Rusia dan anggota NATO Turki.
Peskov memberikan peringatan, jika pasukan YPG Kurdi tidak mundur dari wilayah perbatasan, mereka akan dihancurkan oleh pasukan bersenjata Turki. Kesepakatan yang ditetapkan hari Selasa oleh Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin mensyaratkan polisi militer Rusia dan penjaga perbatasan Suriah memindahkan semua milisi Kurdi YPG dari jarak 30 km dari perbatasan Turki pada Selasa depan.
Kantor berita Interfax melaporkan, kementerian pertahanan mengatakan, polisi militer, dari wilayah Rusia selatan Chechnya, akan membantu penarikan pasukan Kurdi dan senjata. Menurut ketentuan perjanjian itu, mulai Selasa depan pasukan Rusia dan Turki akan mulai berpatroli di jalur 10 km di sisi perbatasan Suriah.
Tidak ada laporan tentang bentrokan baru di timur laut Suriah pada hari Jumat, sehari setelah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin YPG menuduh Turki menargetkan tiga desa. Serangan yang memaksa ribuan warga sipil melarikan diri ini terjadi, meski gencatan senjata sedang dilakukan.
Kementerian Pertahanan Turki belum mengomentari langsung laporan SDF, tetapi, mengatakan lima personel militernya terluka dalam serangan oleh milisi YPG di sekitar kota perbatasan Ras al Ain, dekat tempat ketiga desa itu berada.Ankara mengatakan perlu setiap tindakan pencegahan untuk melindungi warga Kurdi dan warga sipil lainnya di wilayah-wilayah yang menjadi sasaran para pejuang YPG.
Ankara menganggap YPG sebagai kelompok teroris yang bersekutu dengan militan Kurdi untuk melakukan pemberontakan di Turki tenggara sejak 1984. Turki melancarkan serangan terhadap YPG pada 9 Oktober setelah Presiden AS Donald Trump memerintahkan pasukannya keluar dari Suriah timur laut.
Ankara menghentikan serangannya di bawah gencatan senjata yang diperantarai AS yang menyerukan penarikan YPG dari daerah perbatasan. Kesepakatan Putin-Erdogan dibangun di atas dan memperluas perjanjian itu.