Sabtu 26 Oct 2019 17:10 WIB

1 Juta Warga Cile Gelar Aksi Damai di Santiago

Warga Cile ingin perubahan yang lebih baik di negaranya.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ani Nursalikah
Sekitar satu juta warga Cile melakukan aksi damai di Santiago, Cile, Jumat (25/10).
Foto: AP Photo/Rodrigo Abd
Sekitar satu juta warga Cile melakukan aksi damai di Santiago, Cile, Jumat (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Warga Cile kembali melakukan aksi protes di kota Santiago hingga larut malam, Jumat (25/10). Sebanyak satu juta orang turun ke jalan melakukan aksi secara damai setelah beberapa waktu lalu demonstrasi pecah menjadi cukup besar.

Para pengunjuk rasa mengibarkan bendera nasional, menari, membenturkan pot dengan sendok kayu, dan membawa poster yang mendesak perubahan politik dan sosial. Mereka memadati jalanan kota dan melakukan aksi jalan kaki dari sekitar Santiago dengan berkumpul di Plaza Italia.

Baca Juga

Pensiunan guru Clotilde Soto (82 tahun) mengatakan, dia turun ke jalan karena tidak ingin mati tanpa melihat perubahan menjadi lebih baik di negaranya. "Yang terpenting, kami membutuhkan gaji dan pensiun yang lebih baik," katanya.

Atas aksi itu, lalu lintas sekitar wilayah tersebut tertatih-tatih dengan truk dan sopir taksi yang merasa keberatan. Jalan tol pun terhenti di Santiago ketika kerumunan menutup jalan-jalan utama.

Transportasi umum ditutup lebih awal karena aksi jalan kaki yang terus berlangsung. Menjelang sore, sebagian besar dari demonstran memutuskan pulang hingga pukul 23.00 waktu setempat.

"Orang-orang bersatu, tidak akan pernah bisa dikalahkan," teriak kerumunan orang.

Guru yoga dari pinggiran kota Barrio Brazil Beatriz Demur bergabung dengan sejumlah demonstran yang bergerak ke Plaza Italia bersama putrinya Tabatha berusia 22 tahun. Dia menginginkan negara itu menjadi tempat yang lebih baik.

"Saya telah menunggu selama ini. Inu tidak menakutkan, inu menarik. Itu berarti perubahan," ujar Tabatha.

Gubernur Santiago Karla Rubilar mengatakan, satu juta orang berbaris di ibu kota yang artinya lebih dari lima persen populasi negara itu turun aksi. Para pengunjuk rasa di tempat lain pun turun ke jalan-jalan di setiap kota besar Cile.

"Hari ini adalah hari bersejarah. Wilayah Metropolitan adalah tuan rumah bagi pawai damai hampir satu juta orang yang mewakili mimpi untuk Cile baru," Rubilar di Twitter.

Beberapa komentator lokal memperkirakan aksi turun di jalan Santiago berjumlah lebih dari satu juta orang. Aksi ini digambarkan sebagai pawai tunggal terbesar sejak tahun-tahun terakhir kediktatoran Augusto Pinochet.

Protes di Cile bermula karena kenaikan tarif angkutan umum pada Jumat lalu. Aksi penolakan pun berubah menjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang telah menewaskan sedikitnya 17 orang, melukai ratusan, mengakibatkan lebih dari 7.000 penangkapan dan menyebabkan kerugian bagi bisnis Cile sebesar lebih dari 1,4 miliar dolar AS.

Militer Cile pun telah mengambil alih keamanan di Santiago dan menempatkan dalam keadaan darurat dengan jam malam saat 20 ribu tentara berpatroli di jalanan. Sementara itu Presiden Cile Sebastian Pinera membatalkan peraturan sebelumnya dengan berjanji untuk meningkatkan upah minimum dan pensiun, membuang kenaikan tarif pada transportasi umum, dan memperbaiki sistem perawatan kesehatan.

"Kita semua sudah mendengar pesannya. Kita semua telah berubah. Pawai hari ini yang penuh sukacita dan damai, di mana Cile telah meminta yang lebih adil dan bersatu, membuka jalan penuh harapan ke masa depan," kata Pinera di Twitter setelah puncak demonstrasi.

Pinera mengatakan pada Kamis kalau dia telah mendengar tuntutan orang Cile dengan keras dan jelas. Untuk itu dia membuat undang-undang untuk membatalkan kenaikan tarif listrik baru-baru ini, dan menyerukan reformasi untuk menjamin upah minimum 480 dolar AS sebulan dan memperkenalkan asuransi kesehatan negara untuk bencana.

Duduk dengan kelompok tetua Cile selama makan siang hari Jumat, Pinera memberikan kenaikan pensiun minimum sebesar 20 persen. "Kita harus menyetujui proyek-proyek ini dengan urgensi yang diminta Cile," kata Pinera.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement