Ahad 27 Oct 2019 10:36 WIB

Presiden Cile Bubarkan Pemerintahan Setelah Protes Meluas

Presiden Cile membentuk pemerintahan baru dan memperkenalkan reformasi sosial.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Sekitar satu juta warga Cile melakukan aksi damai di Santiago, Cile, Jumat (25/10).
Foto: AP Photo/Rodrigo Abd
Sekitar satu juta warga Cile melakukan aksi damai di Santiago, Cile, Jumat (25/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SANTIAGO -- Presiden Cile Sebastian Pinera membubarkan seluruh kabinetnya pada Sabtu (26/10) setelah demonstrasi meluas. Dia kemudian membentuk pemerintahan baru dan memperkenalkan reformasi sosial yang diminta oleh pengunjuk rasa.

"Saya telah memberi tahu semua menteri saya untuk merestrukturisasi kabinet saya untuk menghadapi tuntutan baru ini," katanya seperti dikutip laman BBC, Ahad (27/10).

Baca Juga

Meski begitu, belum jelas bagaimana bentuk perombakan tersebut. Pinera mengatakan, pihaknya telah mendengar tuntutan warga yang melakukan aksi unjuk rasa di seluruh jalan di Santiago, Cile. "Kita berada dalam realitas baru. Cile berbeda dari sepekan lalu," kata presiden.

Lebih dari satu juta orang bergabung dalam aksi damai pada Jumat di ibu kota Cile, Santiago untuk menyerukan keadilan sosial. Presiden juga mengumumkan bahwa jam malam yang diberlakukan di kota-kota Cile sepekan terakhir telah dicabut. Pihak oposisi juga telah menyerukan agar keadaan darurat yang berkelanjutan segera diakhiri.

Setidaknya 17 orang telah meninggal dunia dan ratusan lainnya terluka sejak protes dimulai lebih dari sepekan yang lalu. Sementara aksi unjuk rasa damai pada Jumat berakhir dengan bentrokan antara aktivis dan polisi anti-huru hara.

Militer negara turun ke jalan di beberapa kota untuk mengekang kerusuhan dan penjarahan. "Kita semua berubah. Pawai hari ini penuh sukacita dan damai, di mana rakyat Cile telah meminta Cile lebih adil dan bersatu, membuka jalan penuh harapan ke masa depan," cicit Presiden Pinera dalam akun Twitter terverifikasinya.

Gubernur Santiago Karla Rubilar mengatakan setidaknya satu juta orang telah berkumpul di ibu kota Santiago. Angka itu lebih kurang dari 5 persen populasi negara itu. 

Melalui Twitter, dia mengatakan para pengunjuk rasa mewakili mimpi untuk Cile baru. Penyelenggara protes juga mengatakan aksi tersebut merupakan demonstrasi terbesar di Cile sejak demokrasi dipulihkan pada 1990.

Peserta berjalan bermil-mil di sekitar kota, mengibarkan bendera, dan menyerukan reformasi. Para pengunjuk rasa juga turun ke jalan-jalan di setiap kota besar lainnya di Cile. "Kami meminta keadilan, kejujuran, pemerintahan etis," kata salah satu pengunjuk rasa damai Francisco Anguitar (38 tahun).

Protes di Cile bermula karena kenaikan tarif angkutan umum pada Jumat lalu. Aksi penolakan pun berubah menjadi kerusuhan, pembakaran, dan penjarahan yang telah menewaskan sedikitnya 17 orang, melukai ratusan, mengakibatkan lebih dari 7.000 penangkapan dan menyebabkan kerugian bagi bisnis Cile sebesar lebih dari 1,4 miliar dolar AS.

Militer Cile pun telah mengambil alih keamanan di Santiago dan menempatkan dalam keadaan darurat dengan jam malam saat 20 ribu tentara berpatroli di jalanan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement