REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Jenderal (Purn) Fachrul Razi menerima kunjungan dari Asosiasi Ma'had Aly se-Indonesia (AMALI) di Kantor Kementerian Agama, Jakarta. Dalam pertemuan tersebut, AMALI yang dipimpin oleh KH Abdul Jalal meneyampaikan tiga hal kepada Menag.
Pertama, KH Abdul Jalal menyampaikan salam dari para Kiai pengasuh Ma'had Aly se-Indonesia yang mengucapkan selamat atas pengangkatan Jenderal (Purn) Fachrul Razi sebagai Menteri Agama. Doa dari para Kiai, berharap Menteri Agama bisa mengemban amanat sesuai dengan apa yang diinginkan Presiden dan seluruh rakyat Indonesia.
Ma'had Aly merupakan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) berbasis pesantren. Saat ini, sudah berdiri 46 Ma'had Aly yang tersebar di pesantren-pesantren nusantara.
Ma'had Aly sendiri menyelenggarakan pendidikan akademik dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
Kitab kuning yang dimaksud adalah kitab keislaman berbahasa Arab yang menjadi rujukan tradisi keilmuan Islam di pesantren. Adapun tujuan Mahad Aly adalah menciptakan lulusan yang ahli dalam bidang ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin), dan mengembangkan ilmu agama Islam berbasis kitab kuning.
Kedua, Abdul Jalal menyampaikan harapannya untuk melakukan pengembangan kurikulum di Ma'had Aly. Menurutnya, saat ini keberadaan Ma'had Aly perlu juga didukung dengan kelengkapan regulasi, utamanya yang mengatur tentang pengembangan Ma'had termasuk kurikulum.
"Kami sampaikan latar belakang berdirinya Ma'had Aly sampai dengan harapan-harapan ke depannya," tutur KH Abdul Jalal dalam keterangan yang didapat Republika, Sabtu (26/10).
KH Abdul Jalal menyampaikan salah satu alasan didirikannya Ma'had Aly karena adanya keprihatinan akan minimnya jumlah ulama yang menguasai ilmu keagamaan secara utuh. Ia juga mengungkapkan komitmen Ma'had Aly untuk bersama-sama menangkal radikalisme di Indonesia.
Salah satu kegiatan yg digagas Ma'had Aly guna melakukan peningkatan kemampuan ulama sekaligus menyebarkan Moderasi Islam adalah Workshop Kaderisasi Ulama. Kegiatan ini akan digelar di Ma'had Aly Hasyim Asy'ari, Tebu Ireng.
"Acara ini akan dihadiri 100ribu habib dan santri di Indonesia. Kami berharap, Pak Menag berkenan menghadiri pembukaan acara tersebut pada 6 November mendatang," ujarnya.
Ketiga, Abdul Jalal menyampaikan, bahwa Ma'had Aly berkomitmen untuk selalu menjadi mitra pemerintah untuk membangun keberagamaan di Indonesia. Keberagamaan yang ingin dibangun oleh para Kiai di Ma'had Aly adalah keberagamaan yang moderat seperti yang diajarkan para wali, termasuk wali songo.
Menag sendiri mengapresiasi keberadaan Ma'had Aly dan berharap dapat terus memberikan manfaat bagi umat. Ia berharap Ma'had Aly dapat memberikan kontribusi menghasilkan pemuka agama yang berilmu.
"Mempunyai juru dakwah yang berilmu adalah impian saya. Coba nanti kalau ada Penataran juru dakwah kita kasih tahu. Dia harus betul-betul menambah ilmunya di bidang terkait yang dibutuhkan," ujar Menag.
Bukan hanya ilmu agama, menurut Menag, para juru dakwah juga harus melengkapi diri dengan ilmu lainnya. Misalnya, jika juru dakwah ingin berceramah pada hal yang menyangkut perihal ekonomi, maka mereka perlu melengkapi diri dengan ilmu pengetahuan ekonomi. Hal ini penting agar jangan sampai menyesatkan masyarakat.
Sementara itu, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ahmad Zayadi menyampaikan dirinya terus berkomitmen untuk meningkatkan peran Ma'had Aly. Zayadi juga menyampaikan minat masyarakat terhadap perkembangan pendidikan islam di Indonesia khususnya pesantren, amat menggembirakan.
"Dalam tiga tahun terakhir, di Pesantren banyak santri nasional dan Internasional. Kalau dulu, banyak santri berasal dari Asia Tenggara, mulai dari Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Tapi tiga tahun terakhir banyak sekali santri-santri internasional yang sedang belajar di pesantren Indonesia yang berasal dari Timur Tengah seperti Yaman, Turki bahkan beberapa negara Eropa," ujarnya.
Di Australia dan Inggris, ia menyebut sudah banyak lulusan pesantren Indonesia. Ia pun optimis dengan pengalaman pesantren semacam ini, Indonesia akan menjadi kiblat tidak hanya untuk skala regional tapi pendidikan agama Islam di dunia