REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi nirlaba Aksi Cepat Tanggap (ACT) melalui Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) berupaya mendorong dan memperkuat kontribusi kemanusiaan di Indonesia.
Ketua Dewan Pembina ACT Ahyudin mengatakan, saat ini pihaknya tengah mendorong gerakan kerelawanan bukan hanya saat terjadi bencana alam atau musibah, akan tetapi, turut serta untuk membenahi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa, seperti kemiskinan.
"MRI merupakan organisasi sayap dari ACT, kami ingin menyampaikan tekad kami sebagai sebuah ormas kerelawanan nasional, untuk lebih berkontribusi lebih untuk bangsa kita," kata Ahyudin, pada kuliah Visi Kerelawanan di Kota Malang, Jawa Timur, Ahad (27/10).
Ahyudin menambahkan, ada tiga peran yang akan dijalankan oleh ACT Indonesia melalui MRI, yakni, sebagai penggerak karakter kerelawanan bangsa, yang mendorong kedermawanan untuk memberikan wujud nyata ke masyarakat, serta pelopor aksi kemanusiaan.
Salah satu langkah yang telah dilakukan oleh ACT, lanjut Ahyudin, adalah dengan menjalankan Program Beras untuk Santri Indonesia. Program tersebut mulai dilaksanakan bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional beberapa waktu lalu.
"Kami telah memulai Program Beras untuk Santri Indonesia, dengan agenda 1.000 ton beras setiap bulan untuk 1.000 santri," kata Ahyudin.
Menurut Ahyudin, pondok pesantren dipilih sebagai salah satu langkah awal penguatan kontribusi kemanusiaan karena hingga saat ini masih banyak para santri yang belum tercukupi kebutuhan hidupnya.
Ahyudin menjelaskan, di Indonesia ada kurang lebih sebanyak empat juta santri di seluruh wilayah Indonesia. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 75 persen diperkirakan dalam kondisi yang kurang berkecukupan.
Sejak dimulainya program Beras untuk Santri Indonesia tersebut, ada beberapa wilayah yang menjadi target penyaluran beras untuk para santri itu. Diantaranya di Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
"Penyaluran seperti di wilayah Sumatra yang pesantrennya terpapar bencana asap, diantaranya di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, termasuk Aceh. Kalimantan kami juga sudah bergerak," kata Ahyudin.
Kedepannya, ACT akan berupaya untuk mengembangkan program yang terintegrasi khususnya terhadap pondok pesantren yang ada di Indonesia. Dengan program tersebut, diharapkan pondok pesantren yang saat ini masuk dalam kategori kurang, bisa lebih mandiri untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut bukan hanya terbatas pada kebutuhan beras semata, akan tetapi juga pemenuhan terhadap kebutuhan protein bagi para santri. Dengan demikian, diharapkan pesantren yang ada di Indonesia berperan lebih untuk membangun bangsa.
"Program-program itu akan kami lakukan, supaya pesantren berwibawa dan kuat, serta berkarakter untuk membangun bangsa," kata Ahyudin.