Senin 28 Oct 2019 01:20 WIB

BMKG: Hujan Mulai Guyur Sumsel Akhir Oktober

Hujan dapat membantu upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Sumsel.hujan

Ilustrasi.
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Hujan diperkirakan mulai mengguyur beberapa daerah di wilayah Provinsi Sumatera Selatan pada akhir Oktober 2019, sehingga dapat membantu upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kenten Nuga Putrantijo di Palembang, Ahad (27/10) mengatakan BMKG memprediksi hujan akan menguyur beberapa wilayah di Sumatera Selatan berisar 27-29 Oktober 2019.

Hujan yang akan melanda Sumsel di akhir Oktober itu disebabkan melemahnya Badai Tropis Bualoi yang berpotensi munculnya Borneo Vorteks (Sirkulasi Kalimantan) yang menyebabkan masuknya massa udara dari Laut Cina Selatan dan Laut Jawa ke wilayah Sumsel, kata dia.

Potensi dengan kriteria hujan sedang lebat itu diprediksi terjadi di Kabupaten Musi Rawas (Mura), Muratara, Lubuk Linggau, Empat Lawang, Pagar Alam, Musi Banyuasin (Muba), Lahat, PALI, Ogan Komering Ulu (OKU), OKU Selatan, Muara Enim, Prabumulih, Banyuasin, dan Palembang.

Kemudian, potensi dengan kriteria hujan ringan akan terjadi di wilayah Kabupaten OKI, Ogan Ilir, serta OKU Timur.

Potensi hujan akibat faktor lokal awan konvektif dan orografis juga berpotensi turun di wilayah Sumsel bagian barat karena kelembapan udara lapisan atas cukup memadai untuk pertumbuhan awan dan berdataran tinggi.

“Biasanya hujan yang terjadi berlangsung sebentar, sporadis atau berbeda tiap tempat dan berpotensi petir disertai angin kencang,” kata dia.

Menurutnya, meskipun hujan akan melanda Sumsel pada akhir Oktober nanti, belum bisa sepenuhnya menghilangkan kabut asap di Palembang karena sumber Karhutla di OKI tidak terlalu banyak terpapar hujan.

Karhutla diyakini akan benar-benar hilang jika terjadi hujan sistem konvektif berskala Meso dengan indikasi awan hujan cumulonimbus yang memanjang lebih kurang 200 kilometer karena hujan yang diakibatkannya berlangsung lama dan biasanya terjadi pada malam hingga pagi hari.

“BMKG memperkirakan musim hujan akan benar-benar tiba pada pekan kedua bulan November, memang terjadi anomali yakni ada kemunduran hingga tiga dasarian,” kata Nuga.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Iriansyah, mengakui pihaknya masih kesulitan untuk memadamkan Karhutla di Sumsel.

Faktor yang membuat kesulitan itu karena lokasi lahan yang terbakar itu masih kesulitan air karena sampai sekarang masih musim kemarau.

Selain itu, faktor cuaca yang panas dan kencangnya tiupan angin membuat kebakaran lahan cepat meluas.

“Petugas masih terus berusaha untuk memadamkan api. Kami juga telah mengerahkan sembilan helikoper pengebom air, dua pesawat teknik modifikasi cuaca (TMC), hingga penambahan personel darat mencapai 1.030 orang,” kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement