REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Panglima santri yang juga Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar menegaskan tanpa peran ulama dan santri pada masa lalu, rakyat dan bangsa Indonesia tidak akan pernah menikmati kemerdekaan seperti sekarang. Sebab sebelum dan sesudah kemerdekaan Indonesia pada 1945, ulama dan santrilah yang salah satunya berada di garda terdepan.
Dia mengatakan ulama dan santri siap mati demi menjaga kedaulatan Indonesia dari para penjajah. "Alhamdulillah masa reformasi membuat kita tahu dan mata kita terbuka bahwa tanpa santri Indonesia tidak akan pernah merdeka," katanya di depan ribuan santri se Sulawesi Tengah (Sulteng) usai mengikuti deklarasi santri se Sulteng menolak radikalisme dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2019 di Lapangan Vatulemo, Kota Palu, Ahad (27/10).
Hal itu dibuktikan, salah satunya, dengan keluarnya fatwa dan resolusi jihad oleh kiyai dan ulama se Indonesia yang diinisiasi pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari. Fatwa itu agar umat Islam dan santri siap berjuang dan mati untuk mempertahankan Indonesia dengan melawan, mengusir dan membunuh para penjajah.
"Fatwa itu sangat ampuh. Seluruh umat Islam bergelora berjuang mengangkat senjata apa saja dan alhamdulillah bisa mengusir penjajah dari nusantara. Mulai 22 Oktober dan puncaknya 10 November 1945 yang kemudian dikenal dengan Hari Pahlawan," jelasnya.
Karena itu, ia meminta santri di Sulteng dan di seluruh wilayah di Indonesia pada masa kini agar tidak menyia-nyiakan pengorbanan para kiyai, ulama dan santri di masa lalu itu. "Kalau dulu umat Islam dan santri berhasil mengusir, menjaga dan mempertahankan Indonesia dari penjajah sehingga merdeka, maka hari ini umat Islam dan santri Insya Allah akan behasil memajukan dan memakmurkam Indonesia," doanya.
Hari Santri Nasional diperingati setiap 22 Oktober. Peringatan Hari Santri Nasional itu Tahun 2015 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada Kamis (15/10/2015).