Senin 28 Oct 2019 12:00 WIB

Jalan Tol Terpeka Belum Diresmikan Memicu Pungli

Oknum warga mematok Rp 150 ribu agar mobil bisa masuk Tol Terpeka.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Muhammad Hafil
Jalan tol (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Jalan tol (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDAR LAMPUNG – Aksi pungutan liar (pungli) di Jalan Tol Trans-Sumatra (JTTS) Ruas Terbanggi Besar (Lampung Tengah)–Pematang Panggang–Kayuagung (Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan) terjadi karena belum diresmikan. Oknum warga memanfaatkan belum diresmikannya jalan tol dengan memasang tarif pungli berkisar Rp 100 ribu sampai Rp 250 ribu per mobil.

Ruas JTTS Terbanggi Besar–Pematang Panggang–Kayuagung (Terpeka) sepanjang 185 km sudah bisa dilintasi kendaraan, hanya saja belum diresmikan presiden. Agenda peresmian jalan tol sempat tertunda dua kali. Terakhir, rencana peresmian pada 10 Oktober 2019, namun persiapan pelantikan presiden dan wakil presiden 20 Oktober 2019.

Baca Juga

Berdasarkan pemantauan Republika, Sabtu (26/10), arus kendaraan yang melintas dari Pelabuhan Bakauheni menuju Palembang melalui jalan tol ruas Bakauheni – Terbanggi terhenti di pintu keluar. Seharusnya kendaraan dari Bakauheni keluar jalan tol, karena ruas jalan tol Terbanggi – Kayuagung belum beroperasi. Kendaraan mobil pribadi banyak yang menunggu di pintu masuk yang dipalang.

Pengendara mobil tetap bertahan di depan pintu masuk dan rela mengantre. Padahal, jalan tol tersebut tidak boleh dilalui. Namun, beberapa saat terjadi negosiasi dengan penjaga palang pintu, yang tidak dikenal identitasnya, menawarkan saja membuka palang pintu tersebut agar bisa melintas.

Bagi yang keluar jalan tol Terbanggi, pengendara dapat memasuki jalan tol dari pintu masuk Pematang Panggang – Kayuagung. Di tempat tersebut, pengendara bernegosiasi dengan oknum masyarakat setempat agar bisa tembus ke jalan tol.

Hal sama terjadi sebaliknya di ruas jalan tol Kayuagung – Terbanggi. Oknum masyarakat rata-rata remaja dan pemuda, membawa kertas tulisan membantu masuk jalan tol. Setelah bernegosiasi dengan supir, mobil-mobil pribadi yang dari palembang dapat masuk jalan tol meski melalui jalan-jalan kampung.

“Kalau di Kayuagung, kami memang diantar warga masuk jalan kampung sampai bertemu jalan tol. Tapi, harus membayar Rp 150 ribu. Tawarannya Rp 250 ribu per mobil,” kata Yeti, warga Palembang yang berlibur di Bandar Lampung.

Pengendara menyatakan tidak masalah membayar uang kepada oknum tersebut, pasalnya melintas di jalan tol dapat menghemat waktu dan jarak tempuh dibandingkan melintas di Jalan Lintas Timur (Jalintim).

“Kalau lewat jalan lintas bisa sampai sepuluh jam. Lewat tol hanya empat jam. Tidak masalah bayar, tapi cepat,” kata Agus, salah seorang pengemudi mobil pribadi dari Lampung menuju Palembang.

Menurut Agus, yang juga pegawai negeri, pemerintah harus secepatnya mengoperasikan jalan tol tersebut, karena kondsi jalannya sudah layak dilalui. Hanya saja, ungkap dia, sarana area istirahat masih belum banyak, sehingga dapat mengganggu pengemudi bisa ingin beristirahat sejenak.

Rest area masih belum banyak. Kalau melintas 185 kilometer perlu tempat istirahat,” ujarnya.

Ruas JTTS Terpeka dibangun sepanjang 185 km dengan lebar jalur utama 3,6 meter tiap lajur. Terdapat enam Gerbang Tol (GT) yang dapat diakses dari dan menuju tol terpeka yakni GT Gunung Batin KM 26, GT Menggala di KM 43, GT Lambu Kibang KM 61, GT Way Kenanga KM 77, GT Simpang Pematang KM 99, dan GT Kayuagung KM 188.

Ruas JTTS tersebut dibangun dalam kurun waktu dua tahun tiga bulan. Ruas jalan tol ini terpanjang dan tercepat pembangunannya di Indonesia. Tol terpeka ini memiliki 17 jembatan, enam simpang susun, dan 23 underpass, yang akan memperlancar aksesibilitas serta perjalanan dari dan menuju ke arah Palembang, Sumsel. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement